Mohon tunggu...
Desy Pangapuli
Desy Pangapuli Mohon Tunggu... Penulis - Be grateful and cheerful

Penulis lepas yang suka berpetualang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cerita tentang Covid dan Kehilangan

18 Desember 2020   01:10 Diperbarui: 18 Desember 2020   01:27 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://www.amhardinspire.com/

Mencoba berbagi cerita tentang apa arti berbuat.  Terus terang aku tidak tahu, apakah aku sudah berbuat atau belum, tetapi mereka mengatakan terima kasih.

Kejadiannya sekitar 2 bulan lalu, ketika tengah malam sebuah pesan masuk di Whatsapp, "Bisa bantu aku, ada teman butuh plasma, urgent," begitu pesan dari Linda temanku.  Lebih tepatnya orang tua dari teman anakku ketika di SMP.

"Dug," jantungku berdegup, dan aku terdiam.

Ada berjuta kebimbangan apa yang harus aku lakukan.  Teringat pesan pasanganku agar tidak gegabah menginformasikan plasma atau Terapi Plasma Konvalesen (TPK) sebagai salah satu pengobatan pada pasien Covid.  Ingat, nyawa orang dipertaruhkan, begitu pesan pasanganku selalu.

Aku memang sedikit banyak mengetahui mengenai plasma, dan Covid.  Kenapa bisa begitu, karena kebetulan aku mengenal sosok Dokter Monica atau yang akrab disapa Dok Mo sang inisiator TPK.  Terlibat juga dalam sosialisasi TPK dan sekaligus persoalan di seputar Covid.

Selama ini yang aku lakukan adalah mengedukasi lewat group WA, baik group orang tua murid, group teman, dan berbagai group lainnya yang aku masuk di dalamnya.  Tetapi ketika seorang teman mendadak mengatakan membutuhkan plasma, maka aku ragu.  Aku takut, informasi atau tangan yang aku berikan mengecewakan.  Tidak pernah terpikir akan ada orang meminta tolong plasma padaku.

Tetapi suara hatiku memberi komando, "Berbuatlah, karena kamu tahu sesuatu yang orang butuhkan."

Suara inilah yang aku ikuti dengan membalas WA Linda dan menanyakan lebih rinci lagi isi WA nya.  Singkatnya, aku lalu mendapat WA lainya, dokter Vina sahabat dari pasien penderita Covid.  Luar biasanya mereka ternyata adalah beberapa dokter yang memperjuangkan nyawa sahabat mereka yang juga seorang dokter.  Seorang dokter wanita dengan 3 anak, terpapar Covid dan membutuhkan plasma, sedangkan ketika itu stock plasma di PMI kosong.

Singkat ceritanya lagi, tengah malam itu segera aku menghubungi Dok Mo dan memperkenal dokter Vina.  Mereka berkomunikasi diantara dokter, dan malam itu aku terus berjaga menunggu kabar baik.  Puji Tuhan, pasien mendapatkan plasma dan segera ditolong.

Hari berjalan dengan penuh tanda tanya bagiku.  Rutin sahabat-sahabat dari pasien Covid tersebut mengabarkan perkembangan dari si pasien. 

Bukan kondisi yang baik, karena pasien juga komorbid atau mempunyai penyakit bawaan ginjal dan ashma berat.  Kondisi komorbid inilah yang memperburuk jika seorang terinfeksi Covid.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun