Mohon tunggu...
Desy Pangapuli
Desy Pangapuli Mohon Tunggu... Penulis - Be grateful and cheerful

Penulis lepas yang suka berpetualang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kasih

3 Desember 2020   21:15 Diperbarui: 3 Desember 2020   21:36 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.gabimoellerphotographyblog.com

Kasih adalah salah satu nilai yang aku tanamkan kepada kedua anakku.  Nilai inilah juga yang diwariskan kedua orang tuaku ketika mereka membesarkanku.

Sedari kecil aku terbiasa melihat bapak dan mama selain saling mencintai, juga mencintai keluarga besarnya, termasuk kedua orang tua dari pasangan.  Hormat dan kasih sayang mama kepada orang tua bapak, sama persis seperti bapak menghormati mertuanya.  Singkatnya gambaran yang ada di benakku adalah orang tua dari pasangan diperlakukan seperti orang tuanya sendiri.

Dulu bapak bilang kehidupannya sewaktu kecil itu tidak gampang.  Cerita dulu menjalani pernikahan sebagai pasangan muda di zaman Soekarno itu sulit.  Jadi, ketika kondisi kemudian membaik dan bisa berbagi berkat kenapa tidak saling memberkati.  Inilah yang terjadi, baik bapak dan mama saling mengurus orang tua, termasuk adek-adek dari kedua pasangan.

Seiring waktu, kedua orang tuaku juga bertambah umur.  Bukan hanya penyakit tetapi juga jadi menjengkelkan.  Menurut orang, jika bertambah tua maka sifatnya kembali ke kanak-kanak.  Itulah yang benaran terjadi.

Nah di antara anak bapak, aku yang paling lengket dan paling dipercaya bapak.  Sehingga ketika mereka sudah tuapun akulah yang menjadi andalan bapak.  Mulai dari urusan rumah, berobat, hingga keuangan.

Persoalannya jika masih sendiri tidak ribet.  Nah, ini jadi sakit kepala ketika aku sudah berkeluarga, dan dikarunia anak.

Tetapi kondisi mengharuskan aku tinggal serumah dengan kedua orang tuaku.  Sehingga makin meriahlah hidupku.  Mengurus orang tua yang sakit-sakitan, sekaligus juga keluargaku sendiri.

Satu waktu si mbok di rumah menelpon panik, "Non, ikan teri 1 kilo dibuang ompung semua."

Heheh...persoalannya hanya sepele, bapak ingin membuat teri sambal versinya.  Sedangkan si mbok merasa memasak itu tanggungjawabnya. Berujung kesal, akhirnya 1 kilo teri medan berakhir di tempat sampah.  Hahah...mau marah?  Enggaklah, karena sesampai di rumah kedua pihak yang bersoal saling bela diri.  Aku memilih jadi pendengar yang baik, karena bapak sebenarnya hanya ingin berbuat sesuatu.  Bosan di hari tuanya hanya duduk dan menonton televisi saja.

Apa yang aku lakukan kemudian?  Mungkin kejam, tetapi sejak itu aku menyerahkan urusan dapur ke bapak.  Sementara si mbok aku minta bantu potong-potong saja, dan membersihkan perlengkapan yang digunakan bapak.

Ke mana mama?  Mama sudah lama berada di kursi roda, dan ini menjadi pergumulan tersendiri untukku.  Nggak gampang mengurus orang tua yang menderita stroke.  Tetapi ada adekku serumah mau berbagi mengurus mama.  Inilah yang kemudian terjadi, dan berlanjut ketika bapak dipanggil pulang maka tanggungjawab itu ada di pundakku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun