Promo selalu berhasil menggoda dalam segala suasana, bahkan dalam kondisi tongpes alias kantong kempes sekalipun. Â Ngakak kita dibuat, karena namanya promo segalanya bisa halal dibeli! Â Mumpung promo, begitu jurus tebus dosanya. Hehehe...
Padahal jika mengingat kaum ibu atau cewek biasanya paling ulet menawar. Â Bukan rahasia lagi, gara-gara beda 500 perak bisa loh dengan sangat sadis kaum hawa kehilangan minat membelinya. Â Mereka kemudian akan sanggup mencari toko lain, demi memperjuangkan yang 500 perak lebih murah tadi. Â Heheh...serem memang kalau perempuan belanja. Â Seseram kalapnya melihat promo yang mampu menghilangkan akal sehat.Â
Nggak dipungkiri siapa sih yang tidak tertarik dengan promo. Â Apalagi di saat kondisi sedang sulit karena pandemi. Â Jelas segala sesuatu yang beraroma promo, lebih harumnya semakin semerbak. Â Persoalannya sekarang jangan karena promo justru kita menggali lubang sendiri. Â Promo itu khan sesaat, sedangkan kehidupan kita ini masih berlanjut. Â Masih banyak hal lain yang mengantri untuk dipenuhi.
Inilah yang harus dipahami, alasannya kita belanja itu apa? Â Kenali dulu antara kebutuhan dan keinginan yang 11:12 serupa tapi tak sama itu. Â Salah-salah memahami akan menyesatkan, apalagi kalau kita sampai kalap belanja dengan menggunakan kartu kredit misalnya. Â Celaka 13 kita nantinya!
Ada 2 alasan kita belanja, yaitu:
Kebutuhan, yaitu segala sesuatu yang harus dipenuhi untuk bertahan hidup baik berupa barang ataupun jasa demi menunjang kehidupan sehari-hari. Â Sifatnya obyektif, tidak bisa ditunda, perlu, dan mengikat. Â Ambil contoh sederhana saja, belanja sembako seperti beras, minyak atau gula yang jelas menunjang kehidupan setiap harinya.
Keinginanan, yaitu segala barang dan jasa yang ingin dimiliki seseorang dalam hidupnya. Â Bersifat tambahan ketika kebutuhan pokok sudah terpenuhi. Â Itu sebabnya keinginan tidak bersifat mengikat dan tidak memiliki keharusan untuk segera terpenuhi. Â Sebagai contoh dari keinginan adalah pemenuhan fasilitas kendaraan, pemakaian barang-barang branded, atau segala hal yang memang dimaksudkan untuk melengkapi.
Tetapi memang kemudian di era sekarang ini antara kebutuhan dan keinginan itu kalau tidak bijak-bijak mengenalnya bisa bahaya. Â Mereka itu mirip sekali, sebagai contoh gadget yang saat ini lebih kepada kebutuhan ketimbang keinginan. Â Faktanya memang gadget membantu dalam menunjang aktivitas sehari-hari. Â Disinilah promo menjadi kabar baiknya.
Yup, promo adalah peluang 1:1000 kita bisa belanja dengan menyesuaikan kondisi kantong kita. Â Pertanyaannya mampu tidak kita ini mengontrol diri supaya tidak mabok promo.
Itu sebabnya, sebelum berselancar dalam promo ada baiknya kita fokus dulu apa sih yang hendak kita cari mumpung harganya miring.