Matahari tepat di atas kepala ini
Saat deras keringat membahasahi
Nyaring ku dengar cacing di perut ini bernyanyi
Peringatan dini rupanya minta diisi
Ah, bagaimana ini?
Lapar, bisik si cacing kremi
Mencoba buka dompet lusuh itu
Adakah sulap terselip lima ribu kataku
Sayang, tak pandai diriku menipu
Hanya kertas catatan hutang lalu menyapaku tersipu
Ah, bagaimana ini?
Lapar... bisik si cacing kembali
Jangan buat kami memilih
Hanya sepiring nasi yang kami cari
Bukan karena berjudi nyawa kataku
Tetapi lapar tak mengenal waktu
Ah, bagaimana dini
Lapar!!!.., suara kesal si cacing meninggi
Maafkan kami untuk sepiring nasi
Bukan karena tak lagi peduli
Tetapi laparpun kami bisa mati
Jakarta, 28 Juli 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H