Mohon tunggu...
Desy Rokhimatul Fitri
Desy Rokhimatul Fitri Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasisiwi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kedekatan Anak dengan Orangtua Merupakan Faktor Gaya Pengasuhan

7 Oktober 2021   01:21 Diperbarui: 7 Oktober 2021   02:16 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: www.liputan6.com

Setiap individu pasti memiliki hubungan dengan individu yang lain. Baik itu hubungan yang terjalin erat maupun yang renggang. Tidak terkecuali hubungan antara orang tua dengan anak. Hubungan antara orang tua dan anak memang sangan melekat, mulai dari hubungan darah, hubungan batin, dan juga hubungan interaksi yang terbilang baik dan dekat.

Namun perlu diketahui bahwa hubungan kelekatan anatara orang tua dengan anak berbeda-beda. Lalu menga bisa berbeda-beda dalam setiap hubungan orang tua dengan anak? Pada dasarnya orang tua adalah tempat utama anak untuk tumbuh, berkembang, belajar, dan mengoptimalkan aspek kehidupan anak (kognitif, sosial emosional, bahasa, nilai agama dan moral, fisik dan motorik, serta seni), namun terkadang orang tua yang menggunakan model pengasuhan yang salah membuat anak tidak merasa memiliki keterikatan kepada orang tua selayaknya hubungan orang tua dan anak pada umunya.

Dikutip dari uc.ac.id, Pola Kelekatan Orang Tua dengan Anak menurut Scharfe (2017) ada 4 antara lain:

  • Secure Attachment. Pola kelekatan ini (kelekatan yang terjamin) terbentuk karena adanya interaksi orang tua dengan anak yang dalam pikiran anak orang tua merupakan figur atau tokoh yang memiliki jiwa responsif, hangat, penuh kasih sayang dan juga perhatian saat anak memerlukan sosok pelindung dan sosok yang membuatnya nyaman. Pola ini memberikan ciri bahwa orang tua membantu anak menghadapi rasa takut ketika anak mengalami situasi atau kondisi yang membuatnya terancam dan merasa ketakutan. Anak-anak yang berada dalam pola kelekatan ini dapat mengembangkan hubungan positif dan hangat antara diri mereka dengan orang lain serta memiliki kepercayaan dalam berinteraksi bersama orang lain.
  • Fearful Attachment. Kelekatan yang menakutkan. Ketika orang tua lebih banyak menghindari anak sehingga anak merasa mendapat penolakan dari orang tua, maka kondisi ini masuk dalam golongan pola fearful attachment. Anak yangberkembang dalam kelekatan ini sebenarnya memiliki keinginan untuk menjalin hubungan yang baik dengan orang tua, namun kurang kepercayaan diri dan sulit mempercayai orang lain membuat anak hanya berdiam tanpa melakukan aksi pendekatan dikarenakan juga takut mendapati penolakan dan pengabaian dalam usahanya mendekati.
  • Preoccupied Attachment. Pola ini diartikan sebagai kelekatan atau ikatan yang disibukkan. Interaksi antara orang tua dengan anak tidak dapat pasti bahwa orang tua selalu hadir dan resposif setiap anak membutuhkan bantuan atau membantu anak. Situasi seperti ini diakibatkan oleh respon orang tua yang tidak konsisten terhadap segala kebutuhan anak. Anak yang berkembang dalam pola ini menjadikan anak mengalami ketakutan akan adanya sebuah perpisahan dalam hubungannya bersama orang lain, kecenderungan bergantung, selalu mengharap pada perhatian, serta takut tidak mendapatkan respon negatif dari orang lain.
  • Dismissing Attachment. Pola kelekatan ini diartikan sebagai kelekatan yang memecah. Artinya, dalam pola ini hubungan antara anak dengan orang tua tidak begitu baik. Biasanya pola ini terjadi ketika anak diperlakukan cuek atau tidak peduli dari orang tuanya, kondisi seperti ini membuat anak berpikir bahwa orang tua merupakan sosok yang menakutkan. Anak yang tumbuh dalam situasi seperti ini membuat anak lebih nyaman ketika ia tidak memiliki hubungan emosional yang dekat dengan seseorang, tidak butuh menjalin hubungan dengan orang lain karena terbiasa sendiri, dan anak akan merasa ia bisa mandiri tanpa kehadiran maupun bantuan orang lain.

Hubungan antara anak dengan orang tua merupakan hubungan ikatan yang melekat sejak terciptanya anak, hubungan yang menjadi sumber emosional dan kognitif bagi anak, hubungan yang memberikan kesempatan anak untuk menjelajah lingkungan maupun kehidupan sosial bersama orang tua. Pada masa-masa awal kehidupan anak, hubungan anak dengan orang tua merupakan awal dimulainya kelekatan melalui pengalaman pengasuhan yang diberikan oleh orang tua, kepekaan orang tua dalam memberi respon kepada anak melalui sinyal atau kode-kode tertentu yang ditunjukkan anak, baik yang disegerakan maupun menunda, baik yang responnya tepat ataupun tidak; pengasuhan orang tua dapat menjadi suatu pandangan anak dalam kehidupan mendatang.

Kualitas hubungan antara anak dengan orang tua dalam pengasuhan menjadi kunci utama dalam mengembangkan mental mengenai diri dan orang lain dalam kehidupan. Rasa percaya bahwa lingkungan menerima dirinya, membuat anak dapat mengembangkan kelekatan yang aman dengan sosok lekatnya (orang tua pada pola secure attachment), dan mengembangkan rasa percaya terhadap lingkungannya juga. Rasa percaya ini akan membawa dampak positif bagi anak dalam proses perkembangannya.

Sebaliknya apabila pengasuhan yang diberikan kepada anak tidak menyenangkan akan membuat anak menjadi pribadi yang tidak percaya dan mengembangkan kelekatan dengan rasa yang tidak aman (kebalikan dari secure attachment yaitu insecure attachment), kelekatan yang tidak aman inilah yang akan menjadi musuh anak karena kelekatan yang tidak aman akan membuat anak mengalami berbagai masalah yang disebut gangguan kelekatan (attachment disorder).

Gangguan kelekatan terjadi disebabkan oleh anak yang tidak dapat membentuk kelekatan yang aman dengan sosok lekatnya, karena sebab itu anak mengalami masalah dalam berhubungan sosial. Dikutip dari academia.edu, seorang tokoh bernama Sroufe dalam buku yang berjudul Cicchetty dan Linch (1995) menyebutkan bahwa beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak yang mengalami gangguan kelekatan memiliki orang tua yang yang mengalami masalah yang sama di masa kecilnya. Artinya, kejidian seperti itu tidak akan hilang kecuali dengan perubahan dalam pengasuhan menjadi pengasuhan yang tepat.

Beberapa orang mungkin percaya atau menganggap kelekatan sama dengan perilaku ketergantungan (dependency), padahal jika kita menelaah dan mencari arti dari dua hal tersebut maka akan ditemukan perbedaan antara keduanya. Ketergantungan yang dialami anak pada figur lekatnya muncul akibat rasa tidak aman pada dirinya, sedangkan kelekatan memberikan suatu rasa aman dan juga percaya pada orang lain yang dapat memberikan rasa ketenangan dan juga nyaman.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun