Mohon tunggu...
Desy Rokhimatul Fitri
Desy Rokhimatul Fitri Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasisiwi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Temperamen yang Suka Marah-marah Itu kan?

29 September 2021   22:46 Diperbarui: 29 September 2021   22:54 705
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: www.pelajaran.co.id

Dikutip dari raisingshildren.net.au, dalam hal-hal tertentu temperamen yang ada pada anak dapat menunjukkan 3 kualitas, yaitu;

Reaktivitas (reactivity): seberapa kuat anak-anak dalam bereaksi menghadapi peristiwa atau situasi yang menarik atau mendapati sesuatu yang tidak sesuai dengan kemauan atau tidak mendapatkan keinginan mereka. Anak-anak yang reaktif cenderung  merasakan sesuatu yang kuat dalam dirinya.

Pengaturan diri (self-regulation): dari sini kita dapat mengetahui seberapa besar anak-anak mampu mengontrol perilaku mereka serta bagaimana cara mereka dalam menunjukkan perasaan mereka. Pengontrolan diri dapat menjadi informasi tentang seberapa banyak anak mengontrol perhatian mereka terhadap sesuatu dan dan sebrapa gigih mereka.

Sociability: pada kualitas ini kita dapat mengetahui bagaimana anak-anak bertemu orang baru dan mendapat pengalaman baru, serta kita dapat mengetahui bagaimana nyamannya anak-anakdalam bersosial.

Ingat, bahwa setiap anak memiliki karakteristik temperamen yang berbeda-beda. Dikutip dari healthychildren.org, ada tiga kategori temperamental pada anak

  • anak yang mudah merespon dunia di sekitarnya dengan cara yang mudah atau gampang ia memiliki suasana hati yang positif, ia dapat dengan mudah beradaptasi sekolah dan orang baru. Namun ketika ia menghadapi situasi yang membuatnya frustasi maka ia dapat mengalami kecemasan ringan.
  • Karakteristik temperamen lain  dapat menunjukkan bahwa anak yang lambat dalam adaptasi atau pemalu cenderung memiliki suasana hati dengan intensitas ringan, tetapi hal ini tidak selalu menjadi hal yang negatif. Anak-anak mungkin merasa malu atau ragu-ragu terhadap orang baru atau bahkan ia menarik diri ketika bertemu orang baru, situasi tersebut dapat pula terjadi karena anak mengalami masalah kecemasan. Namun seiring dengan berjalannya waktu, anak---anak akan beradaptasi dengan perlahan dan mulai menerima orang dan situasi baru dan menjadi lebih akrab dalam berinteraksi.
  • Anak yang sulit atau menantang (dalam artian sulit diatur) cenderung bereaksi secara negatif. Jika diklasifikasikan sebagai bayi, maka bayi tersebut merupakan bayi yang rewel. Sebagai seorang anak kecil, ia mungkin mdah marah atau tidak menyenangkan. Kadang pula anak tersebut bertingkah eksplosif, keras kepala, dan memiliki adaptasi yang buruk terhadap situasi yang baru. Beberapa anak yang memiliki temperamen yang sulit mungkin mengalami kesulitan menyesuaikan diri di sekolah serta adanya kecenderungan seorang guru mengeluh tentang anak tersebut  tentang permasalahn di kelas atau di taman bermain. Anak yang memiliki temperamen yang sulit, biasanya ia memiliki lebih banyak permasalahan perilaku dan dapat menyebabkan suasana tegang pada orang tua, saudara, maupun anggota keluarga lainnya.

Temperamen bukanlah suatu hal yang buruk, namun jika temperamen dapat menimbulkan keburukan, kejelakan, atau sisi negatif maka kesadaran pribadi dan orang sekitar harus bisa menjadi pengingat dalam mengontrol temperamen negatif tersebut. Adapun temperamen buruk yang terjadi pada anak-anak, maka orang tua dapat melatih mengontrol dan mengajarkan pada anak bagaimana dan berapa kadar temperamen yang normal dan atau positif. Oleh karena temperamen bukan hanya berasal dari warisan saja melainkan juga dapat disebabkan oleh faktor lingkungan, maka orang tua dapat menjadi panutan anak dalam menanggapi situasi, seorang pengajar juga menjadi faktor penting dalam memberikan pengarahan terhadap anak didiknya.

Nah dari uraian yang telah dipaparkan, apakah masih ada yang menganggap bahwa temperamen hanya sebuah kemarahan yang meledak-ledak saja?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun