Â
Jika merunut terhadap pengertian propaganda menurut Lasswell dalam (Wilcox, 2005) bahwa propaganda merupakan suatu perilaku kolektif yang memanfaatkan pengaturan dengan cara manipulasi pada simbol-simbol yang diberikan dengan cara menggiring opini publik. Dari tanggapan abstrak tersebut Jacques Ellul memberikan definisi mengenai propaganda, yaitu suatu metode yang digunakan oleh kelompok secara terorganisir sehingga kelompok tersebut memiliki tujuan untuk memunculkan reaksi dan partisipasi aktif maupun pasif oleh massa melalui proses manipulasi psikologis. Dari pendefinisian mengenai propaganda yang telah disampaikan oleh para ahli tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa propaganda merupakan aktivitas untuk menyebarluaskan pesan yang nantinya pesan tersebut akan saling memberikan pengaruhnya dalam pendapat orang lain sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan.Â
Dalam teknik melakukan propaganda terdapat dua teknik yang paling dikenal, pertama adalah teknik memotong pada bagian yang dapat menyudutkan suatu belah pihak, dimana hasil tersebut dapat menggiring opini buruk dari publik yang menilai seseorang salah. Dalam menyebarkan propaganda setidaknya ada dua cara yang dapat dilakukan, yang pertama adalah dengan cara frustration scapegoat atau dengan cara menyebarkan ungkapan kebencian dengan menjadikan seseorang atau sesuatu sebagai kambing hitam. Yang kedua, adalah teknik fear atau dengan memanfaatkan kesadaran publik akan adanya ancaman terhadap kesejahteraan hidupnyaÂ
Konflik Palestina dan Israel pastilah tidak jauh dengan pengaruh dari peran media dalam menyebarluaskan berita hingga propagandanya di seluruh dunia. Isu konflik Palestina dan Israel baru-baru ini menjadi sangat penting untuk diperhatikan dan diinformasikan oleh media, karena konflik ini termasuk konflik yang besar dan berkaitan langsung dengan adanya pelanggaran HAM yang terjadi.Â
Media dan perannya untuk menyebarluaskan propaganda
Dalam dunia modern ini Media Pers dan juga Media Massa menjadi komponen paling berperan dalam penyebaran propaganda ini, dengan penyajian informasi melalui berita yang dipublikasikan, media dapat dengan mudah memutar balikan fakta. Media dapat memicu opini publik dengan mudah akibat dari berita yang disebarkannya. Media Massa sendiri adalah alat untuk menyebarluaskan berita tanpa batas, penyebaran informasi melalui Media Massa dilakukan tanpa henti dan terus beruntun dengan tujuan untuk merayu opini massa. Dengan Media Massa isu-isu yang sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan masyarakat menjadi penting, dan masyarakat merasa membutuhkan informasi yang ada untuk melakukan tindakan atau pun dalam mempengaruhi pemikiran dan bahkan budaya suatu masyarakat tersebut.Â
Jika mengutip dari perkataan (Shaw & McCombs, 1972) yang mengatakan bahwa "Media can be pervasive but not particularly persuasive" arti dari statement tersebut adalah bahwa media dapat dengan mudah menggunakan cara yang unik untuk  mempersuasi khalayak sehingga publik pun merasakan suatu atensi terhadap suatu isu yang diberitakan oleh media tersebut. Maka dari itu hadirlah teori agenda setting yang menjadi pola pemikiran bahwa media mampu membuat publik sadar akan suatu hal maupun tidak sadar akan suatu hal. Dengan teori agenda setting ini dapat diketahui bahwa media massa sangat memiliki kemampuan dalam mengatur perhatian dan opini publik, sehingga apa yang dianggap penting oleh media akan dianggap penting juga oleh seluruh masyarakat. Selain itu, agenda setting juga menjadikan media tidak hanya berperan sebagai penyebarluasan informasi saja, tetapi media berperan pula dalam menyeleksi dan menentukan informasi tersebut.Â
Konflik Palestina dan IsraelÂ
Berpacu pada artikel yang dimuat oleh BBC News Indonesia, konflik dimulai pada tanggal 7 Oktober 2023 dimana terdapat kelompok militer Palestina yang bernama Hamas melakukan penyerangan terhadap Israel dengan menyusup ke lingkungan warga sipil di dekat jalur Gaza. Setidaknya ada 1.400 warga Israel yang meninggal dunia pada kejadian tersebut, selain itu ada 203 tahanan israel yang dijadikan sandera di Gaza. Sebagai balasan, Israel mulai melakukan serangan udara terhadap Palestina dan memakan korban sebanyak 5.000 warga Gaza pada saat itu. Israel juga melakukan operasi penyerangan yang terus berlanjut terhadap Gaza yang tidak ada hentinya, bahkan Israel pun memberlakukan blokade total terhadap wilayah Gaza, membuatnya menjadi sulit akan akses pasokan makanan dan kebutuhan pokok lainnya.Â
Konflik Palestina dan Israel ini bukanlah suatu hal yang baru terjadi, karena sepanjang sejarah pertikaian antara kedua sudah berlangsung selama tujuh dekade lamanya. Wilayah tersebut berkali kali dilanda rangkaian konflik bersenjata yang terus memengaruhi dinamika hubungan antara kedua negara tersebut. Awal mula konflik terjadi pada tahun 1917 dimana orang-orang Yahudi datang ke tanah Arab setelah diberi janji akan dipindahkan dari Eropa oleh Inggris setelah pembantaian yang dilakukan oleh Nazi pada saat itu. Orang yahudi datang dengan beberapa gelombang di wilayah yang dihuni oleh penduduk asli Arab Palestina. Dalam gelombang ini tentu terdapat perlawanan oleh warga Palestina yang tidak siap dengan hadirnya perubahan demografi dan penyitaan tanah oleh Inggris untuk orang-orang Yahudi tersebut.Â
Beberapa konflik terus terjadi seperti gerakan zionis yang terus dilakukan untuk menguasai daerah Palestina, akhirnya sampai pada tanggal 15 Mei 1948, Israel mengumumkan pendirian negara Israel di atas tanah Palestina dan mengakibatkan 150.000 warga Palestina tetap tinggal di negara Israel dan hidup di bawah pengawasan militer Israel selama 20 tahun lamanya dan menjadi warga negara Israel. Walaupun PBB sudah berusaha untuk menghadirkan resolusi konflik antara kedua negara tersebut tetapi rentetan perang tidak bisa dihindarkan dan terus terjadi hingga saat ini dan belum menemukan jalan keluar dimana hanya sampai pada tahap gencatan senjata saja.Â