Pasar Beringharjo dalam sejarahnya bernama Pasar Gedhe didirikan pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono I. Kemudian berganti nama menjadi Pasar Beringharjo pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono VIII. Kata Beringharjo berasal dari dua kata bahasa Jawa, yaitu "bering" dan "harjo". "Bering" berarti beringin yang merujuk pada kondisi awal Pasar Beringharjo yang merupakan wilayah hutan beringin, dan "harjo" berarti sejahtera. Dengan demikian Pasar Beringharjo ini diharapkan menjadi pusat perekonomian yang mampu menyejahterakan rakyatnya.
Pasar Beringharjo ini tidak hanya menjadi pusat berkegiatan dalam bidang ekonomi, tetapi juga menjadi pusat dalam mengenalkan budaya masyarakat Yogyakarta. Hal tersebut dapat dilihat dari berbagai macam produk yang diperjualbelikan mengandung unsur-unsur atau ciri khas budaya Yogyakarta, seperti batik yang sudah terkenal hingga mancanegara, kerajinan tangan, makanan tradisional, pakaian tradisional seperti kebaya dan kain jarik beserta aksesoris pendukungnya, hingga rempah-rempah atau jamu-jamuan.
Pasar Beringharjo menjadi salah satu bagian yang menyatu dengan wilayah wisata Malioboro. Keberadaan Pasar Beringharjo memiliki pesona tersendiri di antara banyaknya tempat-tempat berwisata disepanjang Malioboro. Pasar Beringharjo yang merupakan pasar tradisional masih menjadi destinasi utama baik untuk wisatawan domestik maupun mancanegara saat berkunjung di Malioboro meski banyak tempat-tempat yang lebih modern dan menarik yang nuansanya lebih menggambarkan kondisi masa kini. Selain letak Pasar Beringharjo yang strategis berada di antara wisata Malioboro, hal tersebut didukung karena notabenenya Pasar Beringharjo sendiri adalah tempat bersejarah yang kaya akan nilai-nilai budaya, sehingga menarik para wisatawan untuk sekadar berkunjung, berbelanja, atau bahkan mengulik cerita sejarah di dalamnya.
Kentalnya budaya Jawa di masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta menjadi salah satu alasan masih beroperasinya Pasar Beringharjo. Prosesi adat atau tradisi Jawa tentunya diperlukan berbagai piranti-piranti khusus dalam melaksanakannya. Sebagai contoh yaitu pelaksanaan kirab atau yang dikenal dengan upacara adat tertentu, seperti Saparan Bekakak, Mbah Bregas, Grebeg Sekaten,Tumplak Wajik, Rebo Wekasan, dan masih banyak lagi, pasti menggunakan banyak perlengkapan, seperti halnya baju adat lengkap dengan aksesorisnya, menyan, dupa, macam-macam bunga, dan lain sebagainya. Perlengkapan-perlengkapan upacara adat tersebut dapat kita temukan di Pasar Beringharjo.
Selain keperluan upacara adat, masih banyak hal yang menjadi daya tarik bagi wisatawan. Pasar Beringharjo dijadikan pusat untuk membeli oleh-oleh khas kota Yogyakarta, mulai dari pakaian, makanan dan minuman tradisional, serta berbagai jenis kerajinan. Pakaian yang menjadi primadona yaitu baju batik terutama batik tulis, kemudian kain batik, dan kebaya. Selanjutnya untuk makanan yang menjadi otensitas kota Yogyakarta adalah gudeg dan bakpia, sate klathak, adapun lainnya yang juga merepresentasikan Daerah Istimewa Yogyakarta seperti jadah, wajik, apem, kue coro, surabi, Â dan lain sebagainya. Untuk minuman tradisional yaitu jejamuan yang berasal dari empon-empon yang kaya akan khasiatnya, seperti kunyit asam untuk pereda nyeri, beras kencur untuk pereda batuk, temulawak untuk penambah nafsu makan, dan lain-lain. Lalu untuk kerjaninan sendiri banyak sekali pilihan, mulai dari rajut, kerabah, anyaman, dan segala bentuk permainan tradisional anak-anak. Â Dengan demikian, dalam satu kali kunjungan ke Pasar Beringharjo wisatawan dapat menikmati beragam budaya yang berada di Yogyakarta yang istimewa ini.Â
Seiring berkembangnya zaman, Pasar Beringharjo tidak hanya menjual aneka barang yang bernuasa budaya Jawa tetapi menerima moderenisasi dengan tetap mengedepankan nilai-nilai yang mencerminkan masyarakat berbudaya Jawa. Adapun barang-barang yang dijual seperti kacamata, topi, kerudung, gamis, kaos-kaos, pakaian berbahan denim, jaket kulit, berbagai jenis sepatu dan sandal, dan lain sebagainya. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa keberadaan Pasar Beringharjo tak akan hilang oleh zaman yang terus berkembang kedepannya, melainkan akan menghadirkan kolaborasi yang akan memperkaya khasanah budaya bangsa.
Eksistensi Pasar Beringharjo hingga hari ini menjadi bukti nyata bahwa usaha melestarikan sebuah budaya akan selalu diterima meski zaman telah berkembang pesat dan berglobalisasi. Tak hanya itu Pasar Beringharjo menjadi sebuah cerminan budaya yang harus dipertahankan agar sebuah masyarakat atau bangsa tak kehilangan jati dirinya dari mana mereka berasal. Pasar Beringharjo memegang peran penting sebagai simbol budaya yang akan terus diwariskan kepada generasi-generasi mendatang.Â
Pasar Beringharjo adalah penyambung rantai ekonomi yang menghargai budaya leluhurnya dan mampu berkolaborasi dengan budaya-budaya baru sejalan dengan zaman yang semakin maju. Dengan begitu, mari bangga terhadap budaya kearifan lokal yang telah mengantarkan kita hingga hari ini. Kita lestarikan budaya yang ada dan terus waspada agar tak diakui sembarangan oleh oknum yang mengaku milik mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H