Mohon tunggu...
Desty Rahmadany
Desty Rahmadany Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa_Pendidikan Guru Sekolah Dasar/Fakultas Ilmu Pendidikan_Universitas Negeri Makassar

Sebaik-baik perkataan adalah yang sedikit dan jelas linkr.bio/Hijabart

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Petani Perempuan, Pahlawan Hidupku

27 Juli 2022   21:36 Diperbarui: 18 November 2022   21:52 391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi sawah. (PIXABAY/PEXELS via kompas.com)

"Kami akan membawa bekal untuk dimakan saat lapar di sawah. Makan bersama-sama dengan petani yang lainnya, sungguh menyenangkan dan seru."

Dulu, ketika kecil aku tinggal bersama seorang nenek yang sangat baik. Ketika itu, aku berpikir di mana kedua orang tuaku, mengapa mereka meninggalkan aku dengan nenek, apakah mereka tidak mengharapkanku?

Hari-hari kulewati bersama nenek, hingga suatu saat nenek jatuh sakit dan meninggal. Saat itulah ada seorang wanita yang membawaku ke rumahnya di suatu Desa terpencil.

Di sana, aku hidup bersamanya dengan ketiga anaknya, yang tak lain adalah saudara kandungku sendiri. Sejak aku berada di sana beliau menghidupi kami dengan bertani di sawah.

Bertani bukanlah hal yang mudah, apalagi bagi seorang wanita, banyak yang harus dilakukan agar tanaman padi bagus. Mulai dari pengelolaan tanahnya yang harus digarap terlebih dahulu, menanam bibit, pemberian pupuk, hingga memanen padi.

Manalagi harus selalu dipantau perkembangannya, yang paling menyusahkan lagi apabila padi diserang hama dan bisa menyebabkan gagal panen.

Aku akui, beliau memang hebat. Aku saja yang hanya menemaninya setiap turun ke sawah terkadang menangis hanya karena lelah berjalan disawah yang becek dan sawahnya yang lumayan jauh. 

Tapi, aku turut bangga kepada beliau, walaupun beliau adalah seorang wanita yang seharusnya berada di rumah saja, namun dengan kondisi kehidupan yang mengharuskan beliau harus turut mencari nafkah buat keluarga, membuat belaiu harus rela turun ke sawah.

Walaupun begitu, beliau tidak malu malahan bangga karena dengan bertani, beliau bisa berbagi ilmu yang pernah didapatkannya di bangku SMA.

Illustrasi Petani_Cover by Hijabart
Illustrasi Petani_Cover by Hijabart

Katanya, dulu beliau pernah sekolah pertanian. Sekolah yang dipilihnya bukan tanpa sebab, tapi karena orang tuanya menyukai bercocok tanam. Berbekal pengalamannya itulah, dia bisa bertani untuk mencukupi kehidupan anak-anaknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun