Mohon tunggu...
Desty Hulu
Desty Hulu Mohon Tunggu... Freelancer - Autophile

lebih suka ngetik daripada ngomong

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Luka

8 Februari 2023   09:58 Diperbarui: 8 Februari 2023   10:11 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengapa puisi itu ditulis di awan yang lembut
jika di balik sang mega ada kilatan petir

Mengapa puisi itu dilukis di permadani yang adiwarna
jika di balik keindahannya ada pedang terhunus

Mengapa puisi itu dijejakkan di atas pasir putih
jika pada akhirnya gelombang menghapusnya

Aku tetap mendekat
menikmati keanggunan di setiap baitnya
walaupun usai melafalkan
kilatan petir dan hunusan pedang menakhlikkan luka

Rasa sakit mulai terasa
tapi aku tak peduli
lukaku semakin parah
akupun menyerah
saat gelombang mendekat
aku membiarkannya menghapus bait yang tersisa

Aku menyeret langkah menjauh sambil merapal doa
akan ada puisi lagi yang cukup ditulis di daun kering tapi dengan ketulusan
sehingga aku bisa membacanya hingga selesai tanpa harus terluka

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun