Data International Diabetes Federation (IDF) mencatat 537 juta orang dewasa atau 1 dari 10 orang hidup dengan diabetes di seluruh dunia, dan menyebabkan 6,7 juta kematian atau 1 kematian setiap 5 detik. Indonesia merupakan negara dengan jumlah penderita diabetes melitus (DM) tertinggi ke-5 di dunia, sebanyak 19,5 juta penderita, berdasarkan data Federasi Diabetes Internasional (IDF) 2021. Sampai detik ini, diabetes masih menjadi penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat.
Dilansir dari kompas.com, Data Survei Kesehatan Indonesia 2023 mencatat peningkatan prevalensi DM pada penduduk berusia di atas 15 tahun dari 10,9 persen pada 2018 menjadi 11,7 persen pada 2023, serta proyeksi jumlah penderita mencapai 28,6 juta orang pada 2045.
Penyebab terjadinya fenomena ini tentunya disebabkan oleh berbagai hal, mulai dari kebiasaan makan yang tidak sehat, kurangnya aktifitas fisik hingga buruknya pola hidup.
Diagnosa
Diagnosa diabetes dapat dilakukan dengan beberapa metode. Menurut Diabetes UK, ada beberapa metode yang umumnya digunakan untuk melakukan diagnosa diabetes, di antaranya:
1. Tes HbA1c
Tes HbA1c merupakan cara utama yang digunakan untuk mendiagnosa diabetes. Tes ini mengukur rata-rata level gula darah dalam 2-3 bulan terakhir. Tes ini dapat dilakukan tanpa harus melakukan puasa terlebih dahulu. Jika level HbA1c adalah 48mmol/mol atau lebih, dapat dikatakan sesorang tersebut mengidap diabetes.
2. Tes Gula Darah Acak
Tes gula darah acak dilakukan kapan saja tanpa harus berpuasa terlebih dahulu. Tes ini cepat dan dapat dilakukan melalui tusukan di ujung jari atau pengambilan darah dari pembuluh darah di lengan. Jika dilakukan melalui tusukan jari, hasilnya akan langsung diketahui, sedangkan jika melalui pembuluh darah di lengan, hasilnya biasanya memerlukan waktu beberapa hari. Sesorang akan didiagnosa mengidap diabetes jika level gula darahnya 11.1mmol/l atau lebih.
3. Tes Gula Darah Puasa