Mohon tunggu...
Desty Dwi Liana
Desty Dwi Liana Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Happy Reading Guys!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Demografi dan Keluarga Berencana

3 Agustus 2023   00:59 Diperbarui: 3 Agustus 2023   01:06 345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Data Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Indonesia, 1961--2020. Sumber: BPS 2020)

A.  Ekonomi Demografi

Secara istilah ekonomi berasal dari kata "oikos" yang berarti rumah tangga atau keluarga dan ilmu ekonomi dapat dikatakan sebagai ilmu yang fokusnya memdalami mengenai usaha manusia dalam meraih keberhasilan dan kemakmuran dengan melakukan aktivitas ekonomi seperti konsumsi, produksi, dan distribusi (Purba, Nainggolan, et al., 2020; Sari et al., 2020).

Terdapat dua aspek pengertian ekonomi kependudukan (Ananta, A, et al, 1986). Pertama, ekonomi kependudukan pada prinsipnya adalah ilmu yang mengkaji keterkaitan antara variabel ekonomi dengan variabel demografi. Kedua, ekonomi kependudukan adalah ilmu yang menganalisis dinamika penduduk dengan menggunakan teori, pendekatan dan alat analisis ekonomi.

Berdasarkan hal tersebut dapat diklasifikasikan bahwa, ekonomi kependudukan realitanya memiliki ruang lingkup pada poin-poin yang dibahas dalam ekonomi ketenagakerjaan, ekonomi lingkungan dan ekonomi pembangunan. Namun karena kajian tentang ekonomi ketenagakerjaan, ekonomi lingkungan dan ekonomi pembangunan sudah berkembang demikian pesatnya, maka poin-poin yang dibahas dalam ekonomi kependudukan menjadi lebih jelas dan rinci ke arah variabel dinamika penduduk yaitu kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), perpindahan penduduk (migrasi), mobilitas, penuaan penduduk dan sebagainya.

B.  Keluarga Berencana

Sejak tahun 1994 tanggal 29 Juni diperingati sebagai Hari Keluarga Berencana Nasional. Sejarah Hari Keluarga Berencana Nasional ditetapkan sebagai pengingat agar tiap keluarga mampu mewujudkan keluarga yang sehat dan sejahtera dengan perencanaan yang baik. Gerakan Keluarga Berencana pertama kali diusung oleh Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) pada tahun 1957 yang dilakukan secara diam-diam, hal ini dikarenakan pada tahun 1950 pasca kemerdekaan pola perkawinan penduduk tidak terarah dan minimnya pengetahuan tentang pertumbuhan penduduk namun isu kependudukan masih tabu sehingga gerakan tersebut dilakukan secara diam-diam.

Secara umum dan sesuai dengan pernyataan (BKKBN, 2015) keluarga berencana adalah serangkaian program yang disusun dengan upaya untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas melalui advertensi, perlindungan, dan layanan jasa dalam mewujudkan hak-hak reproduksi serta pengelolaan pelayanan, pengaturan dan layanan jasa yang dibutuhkan guna membentuk keluarga dengan usia kawin yang ideal, mengatur jumlah, jarak, dan usia ideal melahirkan anak, mengatur kehamilan dan membina ketahanan serta kesejahteraan anak.

Sehingga dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga berencana adalah rangakaian kegiatan dan progam yang diciptakan guna membentuk keluarga yang ideal, sehat, dan sejahtera serta untuk mengendalikan pertambahan dan kelahiran penduduk di Indonesia. Sasaran utamanya adalah pasangan usia subur yang berusia 15-49 tahun. Dengan harapan dapat membentuk serta meningkatkan kualitas keluarga dan memberikan dampak mengenai penurunan angka kepadatan penduduk, penanggulangan kesehatan reproduksi, peningkatan kesejahteraan keluarga.

                                                                                                                            Gambar 0.1

Berdasarkan data diatas, Program Keluarga Berencana yang bertajuk dua anak cukup berhasil menurunkan laju pertumbuhan penduduk (LPP) Indonesia Dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir ini. Yang pada awalnya laju pertumbuhan di Indonesia sebesar 2,31% pada periode 1971-1980, perlahan menjadi 1,49% pada periode 2000-2010, dan saat ini menjadi 1,25% pada periode 2020 yang menurun dan semakin melambat dibandingkan pada periode periode 1971-1980.

C.  Manfaat dan Keberhasilan KB Bagi Demografi

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyatakan bahwa keberhasilan Program Keluarga Berencana (KB) yang sudah berjalan dengan sesuai sistem dan ketetapannya ini telah memberi manfaat tersendiri bagi demografi Indonesia terutama penurunan yang signifikan pada tingkat fertilitas (kelahiran) dan mortalitas (kematian) nasional secara luas dalam jenjang waktu lama yang tentunya membuka jendala kesempatan bagi pembangunan kependudukan untuk memanfaatkan kondisi ini untuk memperbaiki kualitas SDM. Baik dalam lingkup pendidikan, ekonomi, dan kesehatan.

Faktor yang mempengaruhi tingkat fertilitas karena banyaknya jumlah penduduk wanita usia subur (15-49 th) akan mempengaruhi tingkat fertilitas di tahun-tahun berikutnya tercatat pada tahun 2015 jumlah wanita usia subur sebanyak 69,2 juta dan diperkirakan pada tahun 2035 akan bertambah menjadi 76,1 juta. Meskipun saat ini mayoritas perempuan telah mengerti program keluarga berencana namun tetap harus diimbangi dengan pembangunan fasilitas kesehatan yang memberi kemudahan akses dalam mendukung perawatan kesehatan reproduksi agar ibu memiliki pengetahuan yang tepat dan anak yang dilahirkan mampu menjadi bibit yang berkualitas di masa depan.

Jose G Rimon II dari "Bill & Melinda Gates Insititute for Population and Reproductive Health, Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health", misalnya menyatakan bahwa sepertiga pertumbuhan ekonomi negara-negara di kawasan Asia Tenggara adalah sumbangan program KB. Ia menyebut pula hasil penelitian yang menunjukkan bahwa investasi pada program KB sebesar 1 dollar AS akan menghasilkan 120 dollar AS. Mulai terlihatnya komitmen pemerintah untuk merevitalisasi program KB adalah sesuatu yang menggembirakan.

D. Hubungan antara Demografi dan Keluarga Berencana

Adanya Hubungan atau keterkaitan demografi dan keluarga berencana, karena pentingnya merencanakan dengan baik pola perkawinan dan jumlah anak melalui program keluarga berencana menjadi salah satu upaya kita dalam memanfaatkan jendela kesempatan untuk meraih bonus demografi.

Namun bonus demografi akan sulit dioptimalkan di Indonesia bila laju pertumbuhan penduduk dan kualitas sumber daya manusia kita masih seperti kondisi saat ini. 

Jika jumlah anak yang tidak terencana dan tren menikah muda yang terjadi dikehidupan sosial masyarakat tidak dikontrol dengan baik, tentu sangat mempengaruhi perubahan struktur umur penduduk di masa depan dan kita akan kehilangan jendela kesempatan untuk memanfaatkan bonus demografi. Apabila masih banyak penduduk menikah di bawah usia menikah dan memiliki anak maka di awal usia produktifnya ia akan sangat sibuk mengurus anak ditambahnya minimnya kemampuan dan pengetahuan dalam hal mengurus anak secara psikologis bagi pasangan di bawah usia menikah dapat menyebabkan anaknya tumbuh tidak sehat dan cerdas.

Bonus demografi merupakan keuntungan yang bisa dinikmati oleh suatu Negara sebagai akibat dari besarnya proporsi penduduk produktif pada rentang usia 15-64 tahun dalam evolusi kependudukan yang dialaminya Pencapaian bonus demograf sepenuhnya membutuhkan revitalisasi program Keluarga Berencana. Program ini adalah sebagai modal yang sangat strategis untuk kurun waktu panjang serta akan memberi manfaat besar bagi terbentuknya generasi muda yang berkualitas.

Dikarenakan untuk mencapai bonus demografi tersebut Indonesia tak memiliki waktu yang pasti. Namun, Indonesia masih memiliki harapan untuk mendapatkan bonus demografi, dengan tak hanya bergantung pada program pemerintah saja tetapi juga harus peduli dan lebih memerhatikan mengenai kondisi atau keadaan kependudukan saat ini. Pengetahuan tentang kondisi atau keadaan kependudukan dan target mendapatkan bonus demografi di tahun 2030-2035 dapat diintrusi kepada lingkungan sekitar dengan obrolan ringan dan diharapkan masyarakat luas memiliki wawasan terkait bonus demografi.

E.  Keterkaitan Bonus Demografi dengan Teori Generasi

  Ada beberapa istilah dalam beberapa generasi:

  • Baby Boomer (1940-1964): generasi yang lahir setekah perang dunia II, saat itu masih banyak orang yang hendak memperbanyak keturunan, generasi ini juga lebih mudah menyesuaikan diri dengan keadaan dan banyak memiliki pengalaman hidup.
  • Gen X (1980-1980): generasi awal yang menggunakan internet computer, bahkan tv kabel dll.
  • Gen Y (1981-1994): generasi digital native pertama mengenal internet di masa remaja dan dewasa awal.
  • Gen Z (1995-2010): generasi yang sudah mengenal internet dari masa kanak-kanak dan bisa dikatakan sebagai generasi internet atau generasi millenial.
  • Gen Alpha (2011-2025): generasi yang dimana saat lahir di dunia sudah marak perkembangan teknologi yang pesat. Sehingga, membuat generasi Alfa ini menjadi lebih cerdas dibandingkan generasi sebelumnya

Menurut  Kirito dalam blognya (9 Oktober 2018), istilah generasi X, Y dan Z tersebut berasal dari sebuah teori bernama "Teori Generasi" yang diutarakan oleh seorang sosiologis asal Hungaria bernama Karl Mannheim. Mannheim mencetuskan teori generasi dalam sebuah tulisannya yang berjudul: "The Problem of Generations" pada tahun 1923. Mannheim menggambarkan bahwa generasi ialah suatu kelompok dari beberapa individu yang mempunyai keselaasan mengenai golongan usia serta pengalaman mengikuti suatu peristiwa tertentu atau peristiwa penting dalam suatu era yang sama.

Mannheim juga  mengatakan perspektif,  kesadaran sosial dan pencapaian kedewasaan dari kaum  muda  akan  berjalan bersamaan dengan waktu dan tempat (dimana  kejadian  sejarah  dalam era tersebut akan berpengaruh secara signifikan). Asumsi lain dalam teori ini adalah setiap  generasi akan cenderung menjadi bandingan bagi generasi lainnya. Sebagai contoh, tiap generasi pasti akan selalu mencoba untuk menyempurnakan dan membangun apa yang mereka pahami dari generasi usia pertengahan yang berkuasa pada saat itu.

Dari Teori Mannheim dapat dikaitkan dengan mengganggap bahwa Bonus  demografi akan melahirkan berbagai pengaruh terhadap kehidupan manusia. Pemahaman terhadap ciri dan karakter masing-masing generasi memang perlu diserap oleh semua pihak. 

Dengan demikian dapat diambil langkah-langkah bijak dalam menyikapi dan menangani masing-masing generasi, terutama generasi baru atau generasi modern yang akan memegang penghujung pimpinan negara ini pada masa mendatang. Kesadaran untuk ikut bertanggung jawab dan ambil bagian dalam penanganan masalah generasi menjadi tanggung jawab bersama semua anak bangsa, sehingga dunia ini akan diselamatkan oleh kondisi dan situasi sosial yang menuju tercapainya masyarakat adil dalam kemakmurannya dan sejahtera dalam keadilannya Adil dalam kemakmurannya  dan  makmur dalam keadilannya.


DAFTAR PUSTAKA

Alma, R.Lucky. (2019). Ilmu Kependudukan. Jakarta:Wineka Media.

BKKBN. (2020). Meningkatkan Kualitas Keluarga Untuk Menghadapi Bonus Demografi. https://jabar.bkkbn.go.id/?p=1540. Diakses pada 30 Maret 20213.

BPS. (2021). Hasil Sensus Penduduk 2020. https://www.bps.go.id/pressrelease/2021/01/21/1854/hasil-sensus-penduduk-2020.html. Diakses pada 30 Maret 20213.

Faqih, Achmad., (2010). Kependudukan: Teori, Fakta dan Masalah. Yogyakarta: Dee Publish.

Hardiani, Junaidi. (2009). Dasar-dasar Teori Ekonomi Kependudukan. Jambi : Hamada Prima.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun