ART POINT salah satu acara yang bertujuan untuk menjaga eksistensi budaya indonesia, hususnya pada kota yogyakarta. Pada hari sabtu 19 September 2015 di jalan Marto Utomo diselenggarakan art point dimana ini adalah hari ke-7. Acara ini diselenggarakan oleh Dinas Pariwisata yang bekerja sama dengan penerbit Kedaulatan Rakyat. Dalam pementasan ini masyarakat berpartisipasi untuk ikut serta menjadi salah satu dari diatara banyaknya peminat. Mereka menjadi bagian dari pementasan tersebut. Untuk mengikuti pemenatsan ini tidaklah mudah, karna adanya tahap penyeleksian bagi semua sanggar atau kelompok yang memgikuti.
Acara ini diikuti oleh tiap-tiap kelurahan yang ada di kota Yogyakarta. Sanggar yang berada diluar kota yogyakarta tidak diikutkan. Karna untuk persyaratan pendaftarannya membutuhkan keterangan dari kelurahan bahwa sanggar tersebut memang sanggar yang berada dalam kota Yogyakarta. Untuk mengikuti acara ini tanpa dipuut biaya, karna adanya dana stimulan. “Bahwa pada tiap-tiap grup akan diberi dana kisarn 235.000,- per orang” Agung Heru aprianto (35)
Dalam tahap penyeleksian mereka hanya mengambil sekitar 90 sanggar dari sekian banyak yang ingin mengikuti. Mereka menyeleksi dengan cara yang benar selektif. Dengan tujuan untuk menyaring mana yang layak untuk ditampilkan dan mencegah kelompok atau sanggar yang melanggar peraturan sebagaimana yang telah ditetapkan. “bagi sanggar yang sudah tampil tidak boleh tampil kembali” Agung Heru Aprianto (35). Mengingat banyaknya sanggar yang ingin turut berpartisipasi, panitia Art Point melakukan Penyeleksian yang selektif. Agar tidak adanya kecurangan. Karna untuk mengikuti acara ini hanya ada satu kali kesempatan untuk mementaskan kelompokya. Panitia Art Point akan mengetahui jika ada salah satu sanggar yang ternyata bukan berasal dari Yogyakarta atau bahkan mencoba menampilkan kembali sanggarnya.
Acara ini menampilkan beberapa penampilan mengenai berbagai macam budaya atau tradisi yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Dari mulai seni tari, drama, sampai tarik suara. Dari berbagai tari yang ditampilkan, tentunya memiliki makna. Seperti tari Umar Moyo Umar Mati. Tari ini menceritakan tentang perjungan islam yang ada di Makkah. Begitu pula tarian lainnya. Bidang tarik suara disini bernama Kendali Roso, berdiri sejak tahun 2010 dan sampai saat nipun merka masih tetap berkecimpung dalam sanggar tarik suara. sebuah sanggar yang terbentuk berdasarkan Hobby. Hobby dari masing masing pesronil, yang memang pada awal terbentuk kelompok tersebut tidak ada yang memiliki keahlian khusus. Melainkan mereka hanya bersenandung dan tak lama segera membentuk keanggotaan tarik suara. Personil tarik suara ini berisikan bapak dan ibu yang mempunyai usia lanjut (lansia). Dengan begitu, mereka tidak membatasi hobby mereka dalam bidang tarik suara.
Mengingat tentang peradaban zaman, majunya teknologi yang pesat meningkat, budaya kebarat-baratan yang semakin merasuk pada diri masyarakat Indonesia. Sangat menghawatirkan akan berkurangnya kesadaran masyarakat terhadap budaya yang kita miliki. Tidak lagi menghargai peninggalan nenek moyang, tidak lagi mengedepankan sikap dan etika sebgaimana mestinya
Harapan setelah diadakannya Art Point ini adalah untuk membantu melestarikan budaya di Indonesia. Mengenalkan pada generasi baru akan indahnya budaya Indonesia yang memang patut untuk dipertahankan. Karna dengan mengetahui budaya, tradisi yang sudah ada sejak dulu akan membantu kita untuk sadar akan kekayaan budaya d Indonesia. Mengingat banyaknya sikap warga Indonesia yang mulai melupakan tradisi, adat istiadat negaranya. Acara Art Point ini memang sudah diadakan sejak bulan Juli lalu. Dan akan berlangsung sampai bulan November.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H