Rumah tangga adalah berlabuhnya sebuah bahtera menuju samudera bahagia. Dari hati yang ikhlas cinta bermula. Cinta akan hadir berbondong-bondong bertebaran sepanjang perjalanan hingga ke surga.
Dia yang telah mempertemukan aku dengan suamiku. Suamiku adalah anugerah terindah dariNya. Bagaimana Alloh mempertemukan aku dan dia adalah keajaiban dalam hidupku. Ajaibnya seperti matahari yang menyinari, bagaikan air yang memberi kehidupan.
Adanya ikatan hati antara aku dan dia, sejak menuliskan mimpi dan tujuan bersama. Aku dan dia merumuskan rasa setara, bertahan di frekuensi yang sama agar menghasilkan getaran serupa.
Hingga kini, setiap hari kami masih menikmati benang-benang halus yang bergetar menyusuri hati. Setiap kali bertemu saling menatap mata jernih yang masih berbinar memancarkan janji setia.
Bahagianya ialah bahagiaku. Bahagiaku adalah bahagianya. Adanya cinta dan kasih sayang tidak lagi membicarakan hak dan kewajiban yang kaku. Tidak berlaku ‘memang sudah tugasmu”. Tak ada istilah “sudah fitrahnya’.
Berlomba-lombalah memberi dan mendahului melayani dengan sebaik-baik kemampuan adalah pelampiasan kerinduan yang memuncak di selasar jiwa. Karena memberi itu tanpa diminta, pun tak mengharap balasan. Tak pernah merasa lelah melayani, rela berkorban demi dia.
Saling ridho dan percaya, tak pernah marah. Selalu merindukan, selalu ingin membahagiakan. Senantiasa melindungi, saling memberi perhatian. Semua itu menumbuhsuburkan cinta yang ada antara aku dan suamiku.
Seperti daun-daun yang gugur lalu diterbangkan angin. Lemah gemulai ikut kemana sang angin membawanya pergi. Telah dituliskan oleh Yang Menggariskan dimana daun itu kan terjatuh dan berlabuh. Pasrah Lillah hatiku berlabuh dalam samudera cintanya mengikuti kesurga kan dibawa pergi .
Hatiku mengharu biru, dadanya berdegub kencang, darah kami mendesir mengaliri ke seluruh tubuh. Tak ada jeda diantara aku dan suamiku saling mengungkapkan perasaan, “sungguh aku mencintaimu sayang, aku mencintaimu karena Alloh.”
Subhanalloh .... Maha Suci Alloh yang telah menciptakan perasaan ini padaku dan suamiku.
Dalam tubuhku ada segumpal daging. Segumpal daging itu biasa kita sebut hati. Tuhanku berfirman dalam kitab yang kuimani bahwa manusia memiliki hati-hati yang dengannya ia bisa berfikir. Maka aku percaya akal pikiranku saling berkaitan dengan hatiku.
Hatiku adalah raja dalam kehidupanku. Seluruh anggota tubuhku adalah tentaranya yang sangat patuh. Apa yang dititahkan sang raja akan dipatuhi tanpa dibantah. Di dalam hatiku muara segala macam rasa. Rasa yang terbersit oleh akal pikiran akan tertuang dalam kenyataan.