Film Dibawah Umur dengan genre remaja yang diadaptasi dari novel dengan judul sama karya Erisca Febriani, berhasil tayang dengan dibintangi oleh Angga Yunanda dan Yoriko Angeline.Â
Pertama kali muncul trailer di kanal Youtube, saya tertarik untuk menonton film ini, yang mana didalamnya mengajarkan tentang seks edukasi pada problematika percintaan yang dihadapi oleh remaja saat ini. Saya merasa yakin bahwa film ini lebih digemari penonton dari film 'Dua Garis Biru', dengan melanjutkan ending dari film tersebut yang masih membuat penonton penasaran.
Setelah film ini tayang di layanan situs streaming berbayar seperti Disney+, saya memutuskan untuk langsung menonton film tersebut. Tanpa disangka, saya langsung dikejutkan pada cerita di awal film tersebut, dibuat bingung akan cerita yang sama sekali tidak tahu dimana letak pendidikan seks dan tidak menggambarkan arti dari judul film sesungguhnya. Hal tersebut membuat penonton tidak nyaman dengan peran aktor dan aktris utama yang berbakat.
Tanpa bermaksud spoiler, jadi film ini mengambil topik tentang kenakalan remaja dengan menceritakan bahwa masih banyak diluar sana, beberapa remaja dibawah umur telah melakukan perilaku menyimpang. Sebenarnya dalam film ini tidak menggambarkan konflik yang jelas, justru hanya lelucon dan semi pornografi yang ada, tidak seperti pada kehidupan nyata anak SMA pada umumnya. Â Alur film hanya begitu-begitu saja, tidak ada ujung pangkal, tidak pernah paham plot sebenarnya apa yang dimaksud.
Cerita dimulai dari adanya konflik dari Aryo (Angga Yunanda) dan Kevin (Naufal Samudra) yang dulunya merupakan sahabat akrab, namun sekarang terpecah karena Kevin tidak merestui hubungan Aryo dengan sahabat perempuannya. Kevin mengira bahwa ia menghamili sahabatnya tersebut. Kemudian muncullah sosok Lana (Yoriko Angeline) yang merupakan saudara sepupu Kevin, ia menyukai sosok Aryo, namun Kevin mengingatkan untuk menjauhinya.Â
Semakin banyak permasalahan yang ada pada film ini. Yang bikin saya bingung, dimana letak makna edukasi tersebut, karena berjalannya cerita dengan mudahnya Aryo masuk kedalam kamar Lana tanpa diketahui siapapun, saya hanya berpikir kenapa bisa begitu mudah tanpa ada rasa takut, dan ada lagi sosok Kevin yang masih remaja SMA sering sekali tiap malam menyewa jasa perempuan atau yang biasa terdengar yaitu open booking online. Makin tidak paham dengan seks edukasi yang diberikan, inikah penyajian edukasi yang dimaksud?
Film ini mengangkat tentang konflik salah paham seperti sinetron-sinetron yang tayang pada televisi. Terlihat ingin menyampaikan edukasi secara halus, justru terjebak pada cerita yang tidak berkualitas, seperti adegan Kevin dengan Marsha (Shenina Cinnamon) yang melakukan kegiatan seks secara sembunyi-sembunyi di kamar mandi saat sedang ada ceramah di sekolah. Pelontaran kata-kata nya pun semakin tidak enak didengar untuk penonton yang masih dibawah umur.Â
Film seakan tidak menampilkan realitas dari judul yang dibuatnya, bahkan tidak menampilkan realitas nilai seni perfilman yang diproduksi di Indonesia. Ini semua saya ambil dari segi edukasi, yang ternyata susah sekali untuk diambil makna edukasi yang tercantum pada film tersebut bagi penonton khususnya pada remaja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H