Mohon tunggu...
Destia Fitra
Destia Fitra Mohon Tunggu... Lainnya - Undergraduate International Relations Student at University of Jember

Saya adalah mahasiswa S1 Hubungan Internasional di Universitas Jember. Saya memiliki ketertarikan dalam bidang kepenulisan dan manajemen sosial media. Saya juga sangat terbuka akan hal baru yang dapat menambah dan meningkatkan skill saya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Keuntungan Amerika Serikat dengan Sistem Ekonomi Kapitalisme

12 Maret 2024   11:52 Diperbarui: 12 Maret 2024   12:14 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ekonomi politik memiliki tiga aliran pemikiran. Diantaranya adalah merkantilisme, kapitalisme, dan marxisme. Pastinya terdapat kelebihan dan kekurangan dalam masing-msing pemikiran ekonomi tersebut. Ketiga aliran ini memiliki prinsip yang berbeda dalam menjalankan sistem pasar maupun ekonomi politik. Merkantilisme dan kapitalisme meyakini bahwa kegiatan ekonomi mampu memperkuat ketahanan negara. Namun, keduanya memiliki pandangan yang berbeda dalam menjalankan sistem dan proses ekonomi.

Menurut Bagus (1996) dalam buku karya Kriesteva, kapitalisme adalah sistem perekonomian yang menekankan peran kapital (modal), yakni kekayaan dalam segala jenisnya, termasuk barang-barang yang digunakan dalam produksi barang lainnya. ciri utama dari sistem ini adalah hak milik privat atas seluruh alat produksi. Jadi, dalam ekonomi kapitalisme modal berasal dari modal pribadi atau perusahaan swasta. Sehingga, individu maupun perusahaan swasta diberi kebebasan untuk melakukan kegiatan ekonomi yang dapat memberi mereka keuntungan. Jadi motif keuntungan adalah faktor yang penting. Hal ini sesuai dengan teori Adam Smith. Dalam bukunya berjudul Wealth of Nation, dia menjelaskan konsep laissez faire (biarkan apa adanya) serta prinsip the invisible hand.

Kapitalisme berawal dari ide Adam Smith yang ia tuliskan dalam bukunya yaitu Wealth of Nation. Adam Smith menuliskan dalam bukunya bahwa semua orang di dunia ini seharusnya diberi kebebasan untuk bekerja atau berusaha dalam persaingan yang sempurna tanpa intervensi dari pemerintah. Jadi, peran pemerintah cukup sebagai pengawas dalam berjalannya sistem ekonomi di negaranya. Tak hanya itu, pemerintah juga dianggap dapat membantu para kapitalis dalam mempertahankan sistem kapitalismenya di negara tersebut. Para kapitalis cenderung berusaha untuk mempertahankan posisi mereka untuk mendapatkan keuntungan. Salah satunya adalah dengan mencari dukungan dari pemerintah. Dukungan yang dimaksud adalah melalui kebijakan-kebijakan yang ditentukan oleh Lembaga pemerintah terkait. Dengan begini, eksistensi para kapitalis dan sistemnya tidak akan terancam.

Istilah kaum pemilik modal semakin kaya sedangkan buruh akan semakin miskin melekat erat dengan sistem kapitalisme. Sistem kapitalisme dianggap menjadi sumber kesengsaraan bagi para buruh dalam pandangan marxisme. Namun, hal tersebut tidak menimpa buruh-buruh yang berada dibawah payung negara kapitalisme. Hal ini sebab negara kapitalis dominant core mampu menenangkan dan menjamin hidup para buruh di negaranya dengan mengeksploitasi negara periphery. Sedangkan negara periphery justru akan menderita dan menjadi bergantung kepada dominant core terutama para buruh yang paling merasakan dampak dari negara-negara kapitalis. 

Berbeda dengan merkantilisme yang sudah runtuh, kapitalisme justru banyak dianut oleh beberapa negara di dunia seperti Jerman, Inggris, Australia, Amerika Serikat, Jepang dan banyak lagi. Dalam kesempatan kali ini penulis akan membahas Amerika Serikat (AS) sebagai negara adidaya yang menganut sistem kapitalisme. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya Perusahaan swasta di AS. Forbes menyampaikan bahwa terdapat sekitar 27 juta perusahaan di AS, Dimana hamper seluruhnya adalah milik swasta. Jadi, AS memeberikan kesempatan bagi para individu maupun pihak swasta untuk mengembangkan usahanya. Hasilnya, banyak Perusahaan swasta AS yang berkembang pesat bahkan menguasai pasar-pasar internasional. hal ini yang menjadi salah satu faktor mengapa AS dikenal sebagai negara adidaya.

Banyak keuntungan yang telah didapatkan AS dengan sistem kapitalismenya. Pada dasarnya, sistem ekonomi kapitalis mampu meningkatkan inovasi dan kreatifitas.  Persaingan bebas dalam sistem kapitalisme mendorong individu dan perusahaan swasta untuk terus mengembangkan inovasi mereka. Silicon Valley, adalah kawasan yang dikenal sebagai pusat inovasi AS. Kawasan ini telah menghasilkan perusahaan-perusahaan teknologi besar di dunia. Mulai dari Tesla, X, Google hingga Apple.

Sistem kapitalisme juga mampu meningkatkan kualitas hidup warga AS. Perekonomian AS yang kuat dapat menciptakan banyak lapangan kerja. Bahkan Tingkat pengangguran AS berada pada peringkat ke-9 di seluruh dunia berdasarkan data Trading Economics. Dengan ekonomi yang kuat AS juga mampu menciptakan kesejahteraan ekonomi bagi warganya. PDB per kapita AS sebesar 80.412 USD didapatkan dari berbagai sektor industri. Negara pastinya juga diuntungkan. Persaingan bebas mampu mendorong aktifnya perekonomian negara. Hal ini juga membuat individu berjuang untuk menciptakan prestasi bisnis yang baik untuk dirinya.

Kebebasan dalam kegiatan ekonomi ini juga memberi kesempatan pada investor asing untuk masuk ke AS. Liberalisasi pasar keuangan domestik turut memicu masuknya aliran modal asing. Sekitar tahun 1970-an, AS mulai memperlonggar sejumlah aturan pembatasan untuk masuknya modal asing. Menurut DataBoks, AS berada pada posisi pertama sebagai tujuan utama para investor asing. Pada 2021, AS berhasil mendapat Foreign Direct Investment (FDI) sebanyak 367,4 miliar USD.

Berbagai perusahaan asal AS juga telah sukses mendominasi pasar internasional. salah satunya adalah Coca-Cola. Coca-Cola Company telah menyebar ke berbagai belahan dunia. Bahkan, penjualannya mencapai lebih di 100 negara. Coca-Cola menjadi wujud atau contoh nyata dari simbol kapitalis AS (Nurmamurti, dkk: 2022). Perusahaan ini telah berdiri sejak tahun 1886. Pada abad ke-19 Coca-Cola mulai menyebar ke wilayah Asia dan Eropa. Coca-cola sendiri dianggap sebagai bentuk dari invasi terhadap identitas nasionalistik negara-negara Eropa. Akibatnya banyak negara-negara Eropa yang menolak kehadiranCoca-Cola pada masa itu, salah satunya yaitu Prancis. Prancis sampai menciptakan istilah Coca Colonialism. Pada 2023 lalu, pendapatan Coca-Cola meningkat hingga 10,96 miliar USD.

Akibat kapitalisme, mobilitas sosial menjadi fleksibel. Individu maupun perusahaan swasta memiliki kesempatan untuk mengejar karier dan bisnis yang baik. Sehingga banyak orang dengan berbagai latar belakang dapat meningkatkan status sosialnya dengan kerja keras. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kapitalis mempercayai kemiskinan terjadi karena budaya atau kemalasan individu. Berbeda dengan marxisme yang memandang bahwa kemiskinan dapat terjadi karena faktor struktural.

REFERENSI:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun