Salah satunya ada ibu yang mengatakan seperti ini :
My breakdown point/my biggest poin as a mother is.. "aku kehilangan rasa cinta dan menghargai diriku sendiri" (poin kerusakan saya/poin terbesar saya sebagai ibu adalah)
Terus ada, the secret of my motherhood that I felt ashamed to share.. "pernah terpikir untuk membanting bayiku saking lelahnya baik fisik maupun mental" (rahasia keibuan yang dimana saya malu untuk membaginya adalah) gitu katanya
Ada juga, my biggest guilt as a mother is "kadang aku pingin punya tombol reset dan kembali ke kehidupan sebelum menikah dan punya anak." (kesalahan terbesar saya sebagai ibu adalah)
Dan masih banyak lagi cerita jujur dari para ibu selain itu.
Jadi, banyak hal yang tidak diceritakan para ibu mengenai mereka, mengenai kondisi mereka, mengenai perasaan mereka, yang hanya mereka timbun di hati, yang terbenam jauh dari mulut.
Dan dulu pun ibu-ibu yang mengatakan ini sama seperti kita, pernah main ibu-ibuan, udh mengandai-ngandai menjadi seorang ibu. Tapi ternyata pada saat gilirannya mereka jadi ibu, kok malah begitu?
Dan ini ternyata bukan masalah tentang mungkin ibu-ibu yang merasakan itu karena ia terlalu muda jadi ibu, nggak juga. karena yang mengatakan cerita tersebut rata-rata ibu umur 19-35 tahun, atau mungkin kita mengira itu karena orangnya aja yang punya sisi buruk dalam dirinya gitu, tapi kok banyak ibu-ibu mengalami hal yang sama.
Mungkin aja ini masalahnya ada di citra dan ekspektasi soal menjadi ibu.
Citra si sosok ideal
Kalau kita misalnya bertanya ke orang-orang "menurut kalian sosok ibu yang sebenarnya itu harusnya seperti apa?"
Pasti kurang lebih jawabannya kayak
"sosok ibu itu selalu penuh kasih, yang selalu ada untuk anak-anaknya, gitu kan., atau mungkin yang paling ngertiin anaknya, yang berkorban untuk keluarganya, orang yang hangat. Gitu kan"
Dan jawaban seperti ini tuh kayak udah jadi pikiran teratas mengenai seorang ibu. Yang dimana memang sosok ideal itu sudah lama kita kenal, yang selalu kita nyanyikan, gitu kan. Yang lagunya
Kasih ibu kepada beta, tak terhingga sepanjang masa, hanya memberi tak harap kembali, bagai sang surya menyinari dunia.
Sosok ideal yang selalu diceritakan, yang biasanya diabadikan di poster-poster gitu kan, di media-media sosial. sosok yang udah terpatri di pikiran kita menjadi kebenaran.
Sehingga kalau nanti sudah jadi ibu, kita mengira mengira kita juga akan begitu. Tapi ternyata tidak.
Ternyata nggak bisa selalu penuh kasih, ternyata bisa aja nggak ngerti anak, ternyata sering marah, dan nggak berubah jadi sempurna.
Itu yang dipikirkan para ibu khususnya dalam buku ini gitu ya. Kayak mereka tuh bertannya pas udh jadi ibu "kok aku begini ya jadi ibu?, kok aku nggak selalu kuat ya, nggak bisa kalau nggak ngeluh, apa aku bukan ibu yang baik, aku nggak pantes jadi ibu"
Itu yang mereka pikirkan, muncul banyak pikiran insecure. ditambah saat mereka lagi mengalami perubahan drastic dalam hidup mereka gitu, ya. Yang tadinya bebas jadi gak bebas, yang tadinya berkarya dengan bekerja jadi gak bisa, yang tadinya bisa ngobrol Intelek dengan orang dewasa sekarang cuman bisa ngobrol sama anak bayi aja, yang tadinya punya tujuan dan goals jadi ditahan bahkan merasa perlu ditinggalkan.