Mohon tunggu...
Desti Widianti
Desti Widianti Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

I will be the best :)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Teks Kritik Film "G 30 S PKI"

9 Maret 2021   22:43 Diperbarui: 9 Maret 2021   23:29 1908
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Film pengkhianatan G 30 S PKI dirilis pada 1983 kemudian film tersebut mulai sering ditayangkan setiap tanggal 30 September dalam rangka memperingati pengkhianatan yang dilakukan para PKI dan mengenang jasa pahlawan yang telah gugur masa itu.

Film Pemberontakan G30S/PKI diproduksi oleh Produksi Film Nasional (PFN) yang dipimpin oleh Brigjen TNI Gufron Dwipayana, orang dekat Presiden Soeharto. Tokoh penting di balik film ini adalah sejarawan Nugroho Notosusanto. Dwipayana memilih Arifin C. Noer sebagai sutradara film yang awalnya berjudul Sejarah Orde Baru.

Pembuat film menyebut Pengkhianatan G 30 S PKI sebagai "doku drama". Pada adegan penculikan terkesan topik film tersebut sangat sensitif. Narasi film menekankan pada tema-tema bahwa komunis jahat, penuh tipu muslihat, dan korup.

Masalah puncak terjadi di peristiwa Lubang Buaya, adegan yang menampilkan teror komunis semakin meningkat. Di dalamnya terdapat motif sifat manusia yang seperti hewan, tidak memiliki belas kasihan dan bertindak sangat kejam dengan memuaskan hati membunuh para jendral sehingga melukiskan suasana yang berkecamuk.

Agar film nampak menegangkan dan otentik. Adegan penculikan sengaja di ambil dari rumah rumah jendral yang dilakukan di malam hari. Ketika semua warga tengah tertidur lelap dengan suasana yang mencekam.

Sesaat sebelum dibunuh para jendral disuruh atau mungkin dipaksa untuk menandatangani yang namanya Dewan Jenderal. Itu adalah tipu muslihat PKI bahwa Angkatan Darat akan melakukan kudeta terhadap pemerintahan yang sah nantinya.

Dewan Jenderal sendiri adalah julukan untuk kelompok jenderal yang diisukan hendak melakukan tindakan makar terhadap Presiden Soekarno dan pemerintahan Republik Indonesia.

Sementara suasana bersemangat terjadi saat para komunis tengah mengadakan rapat di Lubang Buaya, mereka begitu liar dan menakutkan, dengan teriakan komunis "Hidup Rakyat, Hidup Naskom, Hidup Bung Karno, Hidup Bung Aidit."

Firasat mengancam terjadi Pada adegan Jendral Parman terdengar teriakan burung di malam hari seolah olah hal tersebut menandakan akan adanya sesuatu yang terjadi. Seperti firasat akan di ambilnya nyawa seseorang malam itu.

Penganiayaan

Film itu memperlihatkan adegan api yang berkobar di Lubang Buaya dengan suasana yang meriah karena para komunis telah berkumpul disana untuk menjadi saksi kematian para jendral. Hal tersebut sangat mencerminkan perilaku senang di atas penderitaan orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun