Mohon tunggu...
Desta Romansyah
Desta Romansyah Mohon Tunggu... Penulis - Hanya untuk berkarya

Membaca dan menyimak adalah salah satu bentuk dari reseptif, sedangkan menulis dan berbicara adalah salah satu bentuk dari ekspresif

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Stigma-Stigma Filsafat

6 Desember 2021   21:31 Diperbarui: 6 Desember 2021   21:37 887
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Mungkin banyak sekali stigma orang mengenai filsafat, karena filsafat adalah ilmu yang sangat sukar di pahami dan butuh waktu yang lama untuk bisa paham terhadap ilmu filsafat. Stigma yang sering kali terdengar di kuping kita adalah bahwa orang yang belajar filsafat akan gila, tidak jelas, dan bahkan tidak percaya kepada Tuhan (atheis). Dan karena stigma itulah orang menjadi malas atau tidak suka dengan filsafat. Ok, saya akan
jelasin apa itu filsafat, filsafat adalah suatu alat berpikir
secara sistematis, analitis, komprehensif, dan radikal untuk mencari suatu kebenaran secara mendalam sampai ke akar-akar nya. Selanjutnya kita kembali ke pembahasan pertama yaitu mengenai stigma negatif terhadap filsafat. Mengapa orang mempunyai stigma negatif terhadap filsafat, karena orang mendengar nama filsafat nya, dan tanpa membaca nya terlebih dahulu.
Dan mengenai atheis dan theis, itu tergantung kalian membaca buku yang mana. Jika kalian membaca buku filsafat bagian barat seperti seorang filosof yang atheis yaitu Friedrich Nietzcshe mungkin bisa jadi atheis,
tergantung iman kalian kuat apa tidak. Namun, ketika
kalian membaca buku filsafat Islam seperti filosof
timur Islam seperti AL-Kindi, AL- Farabi, dan Ibnu Sina pasti kalian akan percaya akan ada nya tuhan. Jadi banyak sekali tokoh-tokoh filsuf yang sangat populer, dan tinggal kalian mau mempelajari tokoh filsuf yang mana. Dan mengenai suka dan tidak suka terhadap filsafat, itu hak kalian. Yang pasti dan perlu dicatat bahwa orang yang menjauhi filsafat akan kehilangan ide-ide segar, dan ia telah melakukan bunuh diri intelektual. Dan sekali lagi perlu di ingat bahwa filsafat adalah Mother Of Sciene (induk dari segala ilmu pengetahuan).

*Apakah perlu filsafat bagian dari kehidupan?

Sangat perlu. Karena kehidupan tidak pernah terlepas dari berpikir. Dan tentunya juga kita tidak terlepas dari yang namanya filsafat. Tapi ketika membicarakan mengenai berpikir, itu bukan berarti berpikir yang biasa, tapi bagaimana kita berpikir secara sistematis, analitis, dan logis. Maka dari itulah muncul kata-kata bahwa "orang yang berpikir belum tentu berfilsafat dan berfilsafat adalah ora h yang berpikir". Dan begitu juga dengan kata-kata "seorang filsuf adalah orang yang berpikir dan orang yang berpikir belum tentu menjadi filsuf". Kita kembali lagi ke pembahasan perlunya filsafat salah kehidupan sehari-hari. Saya mengakui bahwa kita tidak akan terlepas dari yang namanya filsafat. Sebab dari suatu adanya problematika dalam kehidupan, kita akan berpikir bagaimana problematika itu bida diselesaikan dengan cara yang logis. Begitupun dengan hal pekerjaan, kita juga tidak mungkin tidak berpikir dalam bekerja. Misalnya bekerja sebagai guru, guru besar (dosen), petani, dan lain sebagainya. Dan itulah penting nya filsafat dalam kehidupan. Ketika menjalani sebuah kehidupan tanpa berpikir, maka apa yang akan terjadi? Dan ketika ada suatu masalah dalam kehidupan tanpa berpikir untuk menyelesaikannya, maka apa yang akan terjadi? Untuk menjawab pertanyaan ini kita perlu berpikir. Dan apakah ada seseorang yanh hidup di alam semesta ini tanpa berpikir? Dan apakah ada orang yang membenci pikirannya sendiri? Dan semuanya butuh berpikir untuk menjawab pertanyaan ini. Maka dari itulah filsafat adalah sesuatu yang revolusioner dan sangat penting demi suatu kehidupan yang baik. Ia bermula dari satu asumsi yang kali Pertama dinyatakan oleh Socrates  (470-399 SM) bahwa kehidupan yang tidak di uji adalah kehidupan yang tidak berharga dan bahwa disamping menggelisahkan, berpikir secara mendalam tentu hal-hal yang penting juga asyik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun