Mohon tunggu...
Dessy Yasmita
Dessy Yasmita Mohon Tunggu... Desainer - valar morghulis

If you want to be a good author, study Game of Thrones.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pembawa Kabar, Wan

24 Desember 2018   20:42 Diperbarui: 24 Desember 2018   20:47 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Em," katanya. Sejak diberi mandat untuk memberi gelang itu pada Em, Wan mencari kata yang tepat. Namun, semua kata menyakitkan, bagaimana pun ia memilihnya.

Sejak tiga menit lalu ia melihat Em untuk pertama kalinya, ia akhirnya mengerti mengapa Gin terserap dalam bayangan gadis itu. Em memiliki bola mata besar yang tampak sendu. Mungkin kesenduan itu datang setelah ia meninggalkan kota-kubah. Namun, bukan tak mungkin kesenduan itu ada di sana jauh sebelum Gin menemukan Em. Di balik kesenduan itu ada vitalitas, keinginan hidup yang aneh. Mungkin itu daya tarik bagi Gin. Bahkan, Wan pun tertarik.

Em masih menunggu. Wajahnya memiliki kepolosan yang menurut Gin, menggelisahkan. Itu juga yang dirasakan Wan saat ini. Namun, Wan masih mencari-cari kata yang tepat, kata-kata yang tidak menyakitkan, tapi untuk alasan apa pun semua tahu pasti menyakitkan. Mungkin Em pun sudah tahu. Mungkin ia hanya menunggu.

Angin memilin rambut Em yang bergelombang. Ia seperti sebuah Monalisa dengan latar pemandangan yang absurd: tanah debu, bocah-bocah dekil, perempuan-perempuan bertudung sarung, laki-laki berpenutup wajah, dan gubuk-gubuk sederhana. Ini realita yang lama terlupakan oleh Wan.

Dulu, sebelum lolos masuk ke kota-kubah, ia harus berkelana lama, melintasi tanah-tanah seperti ini, kota-kota mati, dan sisa-sisa kehidupan. Perang mengambil segalanya di Dunia Luar. Manusia hidup dengan wajah mati. Bahkan, darah mereka pun rasa asam.

Daerah ini pun suatu saat pernah dan akan dihampiri pencari perang karena setelah air, nafsu membunuh telah mendarah daging. Manusia telah meninggalkan kemanusiaan dan sejarah tidak lagi penting. Hanya sebuah kenangan masa lalu. Tak heran mengapa nackt mengambil semua masa lalu manusia, menjadikannya sejarah mereka, sejarah manusia agung. Kaum elg, seperti Wan, hanya kecipratan sebagian sejarah manis milik mereka sendiri, sejarah yang dulu dianggap gelap dan murtad. Namun sekarang, mereka jadi spesies yang paling mungkin bertahan. Sejarah yang rusak, Gin selalu menyebutnya begitu.

Memang aneh menatap Em dengan latar seperti itu. Seandainya beda situasi, Wan mungkin akan menolak permintaan Gin. Gin pria yang akan memilih diam, hidup seperti petapa. Ia tidak menyukai teman dan satu-satunya yang ia terima hanya Wan. Dulu Wan menyebutnya pria penggerutu. Namun, sejalan waktu, ia mengerti makna kesendirian dan gerutuan itu. Mungkin karena umur yang terlalu tua. Mungkin Gin sudah lelah dengan hidup. Wan memahami perasaan itu. Suatu saat, ia tahu, ia akan seperti Gin. Sebab itulah yang membuatnya menghormati Gin. Untuk itulah ia mau membahayakan diri ke Dunia Luar.

Kenangan masa lalu menusuk perasaannya. Luka ingatan kembali membuat retakan. Rasa sakit itu memenuhi rongga dadanya. Ditariknya napas dalam-dalam. "Dari Gin."

Wan meletakkan gelang itu ke dalam genggaman Em.

**

Penggalan plot dari Liebestrum.
Nack: jenis manusia unggul dengan kecerdasan dan tampilan fisik yang indah. Hampir menyerupai elf.
Elg: sejenis vampir

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun