Mohon tunggu...
Dessy Wardhani
Dessy Wardhani Mohon Tunggu... -

Happy mother of 4 wonderful kids\r\n - Life-learner\r\n- Dreaming to travel around the world

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Finding Nemo..Finding Ourselves..

16 Oktober 2012   03:10 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:48 613
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Film kartun Finding Nemo diputar kembali di bioskop. Ceritanya masih persis sama, hanya formatnya kali ini lebih keren - 3D. Si bungsu yang baru saja menerima rapot mid-term dan dapat satu hari libur, sore kemarin mengajak saya menonton film ini.

Meski sudah diproduksi sejak tahun 2003, dan sudah berulangkali diputar di jaringan TV kabel, saya baru sungguh-sungguh menyimak film ini kemarin. Seperti beberapa film kartun lainnya, film ini menghadirkan karakter, dialog dan pesan yang istimewa. Marlin, ikan badut yang tinggal (sepertinya) di Great Barrier Reef Australia, kehilangan anaknya - Nemo. Perjuangannya menemukan Nemo dari Great Barrier Reef sampai ke Sidney, membawanya pada banyak pelajaran baru tentang persahabatan, kesetiaan dan kepercayaan (trust).

Karena traumanya kehilangan sang istri dan puluhan calon anaknya karena dimakan ikan besar, Marlin menjadi sangat protektif pada si kecil Nemo. Ditambah lagi dengan 'sirip ajaib' Nemo yang dianggapnya membuatnya si kecil kurang terampil dalam berenang, membuatnya cenderung menjadi ayah parno, alias paranoid. Sikapnya ini membawa Nemo menjadi 'pemberontak' kecil saat secara tidak sengaja ayahnya menunjukkan kekhawatiran berlebihan atas ketidakmampuannya dalam berenang. Pemberontakan yang akhirnya membawa dirinya dan ayahnya kepada petualangan panjang dari tempat asal mereka sampai Sydney Harbour.

Marlin yang melo  - perfeksionis, sangat hati-hati, dan penuh dengan kekhawatiran - berjumpa secara tidak sengaja dengan Dory yang super-sanguin - cuek, ceria, optimis tapi sangat pelupa. Sepanjang film ini diputar, kita disuguhkan pada proses persahabatan dua ikan yang berlawanan karakter ini dalam kebersamaan mencari Nemo. Karakter Marlin yang super hati-hati dan penuh kecurigaan - di'counter' oleh karakter Dory yang cuek, fun dan kadang-kadang naif.  Beberapa kali, Marlin mengunder-estimate kemampuan Dory, namun pada akhirnya harus mengakui bahwa sikap optimis dan cuek Dory sangat membantunya keluar dari berbagai macam kesulitan. Mulai dari kemampuan Dory membaca tulisan di masker yang tertinggal oleh penculik Nemo; approaching yang menarik pada kumpulan ikan yang menunjukkan jalan menuju Sidney; menemukan teknik bouncing dalam menembus lautan ubur-ubur; sampai ngobrol dengan ikan paus yang akhirnya membawa mereka sampai ke Sidney.  Sebaliknya ketahanan dan kesetiaan Marlin untuk mau 'terus bersama' dengan Dory yang merasa dirinya 'agak sulit dimengerti', membuat Dory sangat terkesan, karena akhirnya dia merasa ada sahabat yang mau menerimanya apa adanya.

Crush si bapak penyu berusia 150 tahun yang ditemui saat berenang di East Australian Current (konon ini adalah arus dalam laut  yang membawa satwa laut di pantai timur Australia bermigrasi dari Australia ke New Zealand saat musim panas) , mengajarkan pada Marlin bagaimana seharusnya bersikap sebagai ayah. To keep trust on your kids.  Percaya bahwa mereka mampu menjadi diri mereka sendiri. Kepercayaan orang tua dan kemampuan melatih anak-anak menghadapi kesulitan adalah kunci dalam membentuk anak-anak yang survive dan tangguh.

Sementara di Sydney Harbour, Nemo yang terperangkap di akuarium ruang praktek dokter gigi - bersama Gill - sang 'kepala suku' - memelihara dan yakin akan mimpinya untuk bisa kembali bertemu ayahnya dan kembali bebas hidup di lautan lepas. Semua usaha membuat kotor akuarium dan afirmasi untuk lepas ke laut bebas,  yang akhirnya membawa Nemo bertemu kembali dengan Marlin; dan membawa Gill dan teman-temannya menghirup udara bebas di lautan lepas.

Saat film usai, dan layar ditutup, saya terpesona dengan pesan moral film ini.

Yang pertama, kagum pada ketangguhan Marlin sebagai seorang ayah dalam menemukan anaknya dan akhirnya bertransformasi menjadi ayah yang lebih rileks, lebih fun dan lebih bijaksana...(ini mungkin bisa jadi motivasi untuk para ayah yang putra-putrinya sedang terkena sindrom 'lapar ayah'....).

Yang kedua,  lautan luas yang dijelajahi Marlin dan Dory, dengan spesies yang beragam rupa, mengajarkan kita untuk membuka mata atas dunia yang luas ini. Jangan terlalu yakin kita hebat, manakala kita hanya diam statis di satu tempat. Layaknya katak dalam tempurung. Buka wawasan, buka pikiran, buka hati. Begitu banyak tantangan yang besar di luar sana, dan kita tidak pernah tahu sampai sebatas apa kemampuan kita, sampai kita menghadapi sendiri semua tantangan itu (Nemo yang ragu pada kemampuan ayahnya - akhirnya merasa bangga mendapatkan sharing cerita saat ayahnya bertemu dengan sekawanan hiu..).

Last but not least, indahnya keberagaman. Bahwa masing-masing kita sudah dikaruniai karakter yang spesifik, untuk saling melengkapi, bukan untuk saling menyakiti.  Marlin sang perfeksionis, perlu Dory yang fun untuk membuatnya lebih rileks. Dalam situasi genting, seorang 'risk taker' seperti Gill sangat dibutuhkan untuk mengeluarkan kita dari kesulitan.  Seorang yang damai dan bijaksana seperti si penyu Crush, adalah contoh pendidik yang luar biasa. Marlin, Dory, Gill, Crush adalah analogi dari berbagai macam jenis karakter manusia. Tidak ada yang lebih baik dari yang satu dengan yang lainnya.  Namun yang terpenting adalah mengoptimasi semua sisi baik, dan membantu untuk melengkapi kekurangan yang lainnya.

Finding Nemo hanya film kartun...tapi saat saya pulang dan ngobrol dengan si bungsu tentang pesan moral film ini, saya akhirnya berkesimpulan...finding nemo....then we learn to find ourselves...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun