Masa SMA yang kita kenal dengan masa putih abu-abu adalah masa remaja dimana biasanya mereka senang mencoba hal hal baru. Masa dimana remaja biasanya menyalurkan kreatifitasnya. Tetapi mungkin berbedadengan siswa SMA 70 Jakarta dan musuh bebuyutannya SMA 6 Jakarta, mereka secara brutal sering sekali teribat perkelahian antar remaja atau biasa yang disebut dengan tawuran. Penyebabnya pun tidak jelas, tetapi mereka memang sejak dahulu selalu terlibat perkelahian pelajar.
Pada hari Senin, 24 September 2012 seorang siswa bernama Alawy (15) Menjadi korban meninggal pertama dari perkelahian antar dua SMA tersebut. Hal menyedihkannya adalah Alawy bukanlah salah satu pelaku dari tawuran itu. Ia menjadi korban karena secara tidak sengaja berada di sekitar tempat kejadian tauran. Alawy meningal dengan luka bacokan arit.
Apa yang salah? Siapa yang harus bertanggung jawab atas kejadian ini? Sistem pendidikannya kah? Para praktisi pendidikan? Atau orang tua remaja yang kurang mengajarkan akhlak akhlak baik pada anak anak pelaku tauran? Saya sebagai orang yang pernah melawati masa masa SMA dengan yah lumayan baik dan tidak pernah terlibat perkelahian pelajar pun merasa heran.Tapi menurut saya, masalah ini bersumber dari berbagai aspek.
Mungkin para pelaku kurang memiliki banyak kegiatan yang positif untuk mengisi waktu luangnya. Kurangnya kegitan ekskul di sekolah misalnya, atau kurangnya tugas yang diberikan oleh guru dan kurang pedulinya anak anak terhadap pelajaran PKN. Selama ini banyak anak anak yang menyepelekan pelajaran tersebut. padahal jika guru juga menyadarkan murid akan pentingnya makna dari pelajaran tersebut mungkin kesadaran anak anak akan kepedulian sesama akan bertambah.
Juga mungkin tambahannya menurut saya adalah, anak anak SMA harusnya sudah mulai mempelajari pelajaran Filsafat Manusia. Agar para remaja tau apa sebenarnya hakikat manusia itu sendiri. Apa fungsi mereka sebagai manusia. Apa kewajiban dan hak hak mereka sebagai manusia dan sebagainya. Agar timbul fikiran di benak mereka bahwa kehidupan mereka bukan hanya tentang siapa yang paling kuat atau lemah. Tapi yang lebih penting dari itu adalah masa depan yang cerah yang mereka ciptakan sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H