Spoiler alert!
Bagi saya, "Bad Boys" menjadi salah satu franchise film yang memberikan paket hiburan lengkap bagi penggemar film action-comedy. Sejak film pertamanya, "Bad Boys" yang rilis di 1995, aktor Will Smith dan Martin Lawrence yang menjadi pemeran utama telah menarik perhatian dengan kesuksesan mereka tidak saja membentuk karakter duo detektif Miami bad-ass dengan bonding yang begitu memikat, tapi juga memainkan kekonyolan-kekonyolan dengan begitu natural.
Film keduanya, "Bad Boys II" yang rilis di 2003 ternyata lebih memanjakan penggemarnya tidak hanya dengan aksi-aksi yang lebih spektakuler, tapi juga mempertebal unsur-unsur komedi. Beberapa adegan di "Bad Boys II" bahkan dikenang sebagai adegan ikonik di kalangan penggemar serial ini, yang bagi saya justru didominasi oleh adegan-adegan komedi tersebut.
Kesuksesan "Bad Boys II" -seperti film-film Hollywood pada umumnya- dilanjutkan dengan film ketiganya, "Bad Boys For Life" yang rilis di 2020. Walaupun secara pendapatan film ini mencapai box office dengan hasil yang lebih baik, tapi bagi saya film ini tidak lebih menarik dari dua film sebelumnya.
Sebenarnya "Bad Boys For Life" masih didominasi dengan aksi-aksi yang keren, namun saya merasa kehilangan unsur komedi yang natural di film ini. Bukannya tidak ada, tapi komedi yang telah menjadi salah satu elemen kuat yang membentuk karakter film ini, terasa begitu dipaksakan.
Kekecewaan saya terhadap "Bad Boys For Life" sebenarnya cukup mempengaruhi keantusiasan saya menonton film keempatnya, "Bad Boys: Ride Or Die" yang dirilis awal Juni 2024 lalu. Mungkin saya takut jika film ini membuat saya kecewa seperti "Bad Boys For Life". Toh tidak sekali saja industri film sekelas Hollywood pun gagal mempertahankan keasyikan beberapa franchise filmnya. Sebut saja "Jurassic Park", "Transformers", atau "Fast & Furious", franchise film yang bagi saya semakin lama semakin membosankan.
Tapi ternyata, "Bad Boys: Ride Or Die" menjadi salah satu film favorit saya tahun ini. Will Smith dan Martin Lawrence berhasil mempertahankan karakter dynamic duo-nya yang pada episode ini berusaha membersihkan nama baik Kapten Conrad Howard, atasan mereka yang terbunuh di "Bad Boys For Life".
Film ini sukses memuaskan kerinduan saya pada style film "Bad Boys" yang seharusnya; aksi spektakuler, karakter pemain yang kuat, dan -tentu saja- adegan-adegan konyol yang tidak terkesan "dipaksakan". "Bad Boys: Ride Or Die" berhasil meramunya dengan menarik. Sepanjang penayangannya selama 115 menit, saya yakin film ini sangat menghibur tidak hanya penggemar franchise "Bad Boys", tapi juga para penonton baru.
Walaupun sampai tulisan ini dibuat, imdb memberi rating 6,8/10, namun bagi saya film ini layak diganjar rating 9/10. Film ini sungguh menarik, menghibur, meninggalkan kesan yang mendalam, dan menjadi satu dari sedikit film yang membuat saya ingin menonton lagi, dan lagi. Saya pun membayangkan seandainya ada kelanjutan franchise-nya; suatu harapan yang tidak saya rasakan setelah menonton "Bad Boys For Life".
Walaupun saya menyukainya, sayangnya keasyikan saya menonton agak sedikit terganggu dengan beberapa hal yang ditampilkan di film ini. Pertama, adegan pembuka "Bad Boys: Ride Or Die" dibuat serupa dengan "Bad Boys For Life", walaupun dengan tema yang berbeda. Jika sebelumnya kedua detektif Mike dan Marcus ditampilkan sedang ngebut mengejar waktu kelahiran cucu Marcus, maka pada "Bad Boys: Ride Or Die", mereka ngebut mengejar waktu pernikahan Mike. Walaupun adegan ini terlihat istimewa, namun mengapa harus dibuat serupa dengan film sebelumnya? Ayolah! Apakah benar-benar tidak ada gimmick yang berbeda yang bisa dipikirkan untuk film sekelas ini?