Mohon tunggu...
Dessy Anggun Utami
Dessy Anggun Utami Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Quarter Life Crisis: Fenomena di Usia 20-an yang Perlu Anda Ketahui

31 Juli 2024   09:00 Diperbarui: 31 Juli 2024   09:08 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pernahkah Anda bertanya-tanya apa tujuan hidup Anda saat ini? Apakah Anda pernah merasa cemas mengenai apa yang akan terjadi di masa depan? Jika iya, Anda tidak sendirian. Bisa jadi, Anda sedang menghadapi fase quarter life crisis.

Apa itu Quarter Life Crisis?

Sumber: Garetsvisual di Freepik
Sumber: Garetsvisual di Freepik
Quarter life crisis atau fenomena twenty something merupakan istilah yang pertama kali digunakan oleh Alexander Robbins dan Wilner dalam buku yang berjudul "Quarterlife Crisis: The Unique Challanges of Life in Your Twenties".

Menurut Robbins dan Wilner, quarter life crisis adalah situasi yang sering terjadi pada usia 20 hingga 29 tahun akibat ketidaksiapan dalam menghadapi peralihan dari remaja menuju dewasa, sehingga menimbulkan perasaan cemas akan masa depan.

Fenomena krisis emosional ini merupakan hal yang umum terjadi di usia 20-an. Hal ini meliputi perasaan takut untuk menghadapi masa depan, baik dalam karir, pendidikan, hubungan, hingga kehidupan sosial seseorang.

Quarter life crisis dapat disebabkan oleh banyak hal, baik karena melihat pencapaian orang lain, masalah finansial, hingga perubahan besar yang terjadi dalam hidup.

Berdasarkan survei LinkedIn Corporate Communications pada tahun 2017, sekitar 75% dari 6.014 partisipan berusia 25-33 tahun di beberapa negara seperti Amerika, Inggris, India, dan Australia, pernah mengalami quarter life crisis.

Tanda bahwa Anda Mengalami Quarter Life Crisis

Sumber: Freepik
Sumber: Freepik
Menurut Robbins dan Wilner, terdapat tujuh aspek yang dialami seseorang ketika menghadapi fase quarter life crisis seperti:

1. Mengalami kebimbangan dalam menghadapi keputusan

2. Merasa putus asa

3. Memiliki penilaian negatif terhadap diri sendiri

4. Merasa terjebak dalam situasi yang sulit

5. Merasa cemas

6. Merasa tertekan

7. Memiliki kekhawatiran terhadap hubungan interpersonal.

Bagaimana Cara Menghadapi Quarter Life Crisis?

Sumber: rawpixel.com di Freepik
Sumber: rawpixel.com di Freepik

Hal yang dapat dilakukan untuk menghadapi hal ini adalah dengan menyikapi lingkungan dan tuntutan sosial secara positif. Berikut cara yang dapat dilakukan untuk menghadapi quarter life crisis.

1. Belajar untuk Mengenal Diri Sendiri

Langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengenal diri sendiri. Mulailah untuk mencari tahu kelebihan dan kekurangan serta hal-hal yang Anda sukai. 

Dengan mengenal diri sendiri, Anda dapat mengembangkan segala potensi yang Anda miliki.

2. Berhenti Membandingkan Diri Sendiri dengan Orang Lain

Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap individu memiliki titik start yang berbeda. Selain itu, setiap orang tentu memiliki tujuan hidup yang berbeda, sehingga jalan yang ditempuh tidak akan sama.

Membandingkan diri dengan orang lain hanya akan membuang waktu Anda. Cobalah untuk fokus dalam menentukan apa yang Anda inginkan dalam hidup dan menempuh jalan Anda sendiri.

Jadikan jalan yang orang lain tempuh sebagai motivasi untuk Anda berkembang dan bertumbuh lebih baik lagi.

3. Ubah Keraguan Menjadi Sebuah Aksi

Jadikan keraguan yang Anda miliki sebagai kesempatan untuk menemukan tujuan baru. Dibandingkan hanya berdiam diri, cobalah untuk mengisi waktu dengan hal-hal positif sambil menemukan jawaban dari keraguan yang Anda miliki.

Meskipun quarter life crisis memiliki konotasi negatif, situasi ini bisa menjadi titik balik yang positif untuk menentukan tujuan hidup dan berkembang menjadi pribadi yang lebih tangguh.

Seseorang membutuhkan kondisi fisik dan mental yang kuat untuk menghadapi situasi ini agar tidak berlanjut ke tahap yang lebih serius.

Jika Anda merasa kesulitan untuk menghadapi quarter life crisis, jangan ragu untuk meminta bantuan dengan berkonsultasi ke psikolog. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun