Mohon tunggu...
Dessy Anggun Utami
Dessy Anggun Utami Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Amankah Memberikan Susu Kental Manis (SKM) sebagai Sumber Gizi untuk Anak?

27 Juli 2024   09:00 Diperbarui: 27 Juli 2024   09:42 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belum lama ini, media sosial diramaikan oleh sebuah konten viral seorang ibu memberikan segelas susu kental manis (SKM) dengan tambahan gula kepada anaknya.

Berdasarkan data statistik Kementerian Pertanian RI (2022), rata-rata konsumsi susu masyarakat Indonesia didominasi oleh susu cair pabrik dan SKM. Rata-rata konsumsi SKM pada tahun 2022 mencapai 3.686 unit/kapita. Tingginya konsumsi SKM, terutama pada anak, seringkali disebabkan oleh mindset orang tua yang menganggap bahwa SKM memiliki kandungan gizi setara dengan jenis susu lainnya.

Lantas, bolehkah memberikan SKM kepada anak untuk memenuhi kebutuhan zat gizinya? Yuk, simak penjelasannya lebih lanjut!

Apa itu Susu Kental Manis (SKM)?

Berdasarkan Peraturan BPOM Nomor 34 Tahun 2019 tentang Kategori Pangan, Susu Kental Manis (SKM) merupakan produk susu berbentuk cairan kental yang diperoleh dengan menghilangkan sebagian air dari campuran susu dan gula hingga mencapai tingkat kepekatan tertentu.

Suatu produk dapat disebut sebagai SKM jika memiliki kadar lemak susu tidak kurang dari 8% dan kadar protein tidak kurang dari 6,5%.

Umumnya, satu porsi SKM (40 gram) mengandung sekitar 19-20 gram gula atau setara dengan 4 sendok makan.

Berapa Batas Konsumsi Gula yang Diperbolehkan untuk Anak-anak?

Berdasarkan anjuran Kementerian Kesehatan RI, batas konsumsi gula yang dianjurkan adalah sebanyak 10% dari total energi per harinya. Menurut American Health Association (AHA), batas konsumsi gula tambahan untuk anak tidak lebih dari 25 gram atau setara dengan 6 sendok teh per harinya. 

Jika dihitung, maka dapat disimpulkan bahwa mengonsumsi satu porsi SKM sudah memenuhi sekitar 76% dari batas asupan gula anak per harinya.

Lantas, Apakah Aman jika Diberikan kepada Anak Sebagai Sumber Zat Gizi?

Menurut BPOM, SKM tidak dapat dijadikan sebagai satu-satunya sumber gizi meskipun termasuk ke dalam kategori susu. SKM tidak dianjurkan untuk digunakan sebagai pengganti ASI. Selain itu, SKM juga tidak cocok untuk diberikan kepada bayi hingga usia 12 bulan. Dilansir dari laman Kementerian Kesehatan RI, SKM tidak dianjurkan untuk dikonsumsi setiap hari karena tingginya kandungan gula yang terkandung di dalamnya.

Dampak yang Ditimbulkan jika Dikonsumsi Secara Berlebihan

Konsumsi asupan tinggi gula secara berlebih dapat menyebabkan beberapa dampak kesehatan pada anak yakni sebagai berikut.

1. Karies Gigi

Produk yang mengandung gula lebih mudah dicerna oleh enzim amilase dan bakteri di mulut sehingga menghasilkan asam. Asam ini kemudian akan merusak gigi dan meningkatkan risiko karies gigi pada anak.

2. Kelebihan Berat Badan dan/atau Obesitas

Tingginya konsumsi gula dapat mengganggu keseimbangan energi dan memicu kenaikan berat badan. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya kelebihan berat badan dan/atau obesitas pada anak.

3. Diabetes

Asupan gula yang tinggi dapat meningkatkan kadar glukosa dan insulin secara drastis. Hal ini akan menurunkan sensitivitas insulin sehingga meningkatkan risiko terjadinya diabetes.

Bagaimana Anjuran Konsumsi SKM yang Tepat?

SKM tidak dianjurkan untuk dikonsumsi sebagai hidangan tunggal seperti minuman susu. Namun, SKM dapat dikonsumsi sebagai topping, pelengkap, atau campuran makanan dan minuman. Sebagai contoh, SKM dapat digunakan sebagai topping roti dan martabak atau campuran untuk teh. 

Berdasarkan pembahasan di atas, orangtua diharapkan untuk dapat memperhatikan pilihan asupan gizi terbaik untuk anak secara bijak. Asupan gizi yang baik dapat mendukung pertumbuhan dan perkembangan yang optimal serta mencegah dampak buruk kesehatan yang mungkin dapat timbul pada anak. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun