Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan (ITB-AD) Jakarta mengadakan Program MBKM (Merdeka Belajar Kampus Merdeka) bagi mahasiswa Sarjana Desa dalam rangka pengabdian masyarakat. Salah satu mahasiswi ITB-AD Jakarta yakni Dessyana Fitri melaksanakan proyek independen di Desa Kramatinggil, Kecamatan Gresik, Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Program yang diusung adalah Pencegahan Stunting dan Ketahanan Pangan melalui Budidaya Jamur Tiram.
"Pengintegrasian kegiatan pencegahan stunting dengan program ketahanan pangan adalah langkah proaktif untuk memastikan ketersediaan dan akses terhadap pangan bergizi, serta mendukung pertumbuhan dan perkembangan optimal generasi masa depan", Kata Dessyana Fitri.
Stunting merupakan masalah serius yang harus dicegah karena akan berdampak pada kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat. Stunting adalah masalah gizi kronis atau kurangnya asupan gizi yang memadai selama periode awal pertumbuhan. Akibat yang terjadi adalah ketika seorang anak memiliki tinggi badan lebih rendah dari standar yang seharusnya pada usia tertentu. Hal ini berdampak besar pada kualitas hidup anak, termasuk keterbatasan dalam perkembangan fisik, kognitif, dan potensi kehidupan yang optimal. Adapun faktor secara tidak langsung yaitu dari faktor sosial ekonomi, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, ASI eksklusif, status imunisasi, jangkauan fasilitas pelayanan kesehatan serta pola asuh yang kurang memadai.
Stunting dan program ketahanan pangan memiliki hubungan yang erat, dan program ketahanan pangan sering kali menjadi salah satu strategi utama dalam upaya pencegahan stunting. Program ketahanan pangan melalui budidaya jamur tiram merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan produksi pangan yang berkelanjutan dan dapat diandalkan. Budidaya jamur tiram dapat menjadi alternatif dalam meningkatkan keanekaragaman pangan. Jamur tiram kaya akan nutrisi, seperti protein, serat, dan vitamin B. Dengan memperluas sumber pangan yang tersedia, program ini dapat membantu mengurangi ketergantungan pada jenis pangan tertentu dan mengurangi risiko kerentanan pangan.Â
Sejumlah warga Desa Kramatinggil sangat antusias mengikuti Pelatihan Budidaya Jamur Tiram yang diadakan di Desa Prupuh, Kecamatan Panceng, Kabupateng Gresik, Jawa Timur. Disana mereka belajar kepada para petani yang sudah berhasil dan sukses. Mereka belajar tentang proses pembuatan baglog jamur, pembibitan, hingga panen. Sepulang pelatihan mereka memulai budidaya jamur tiram di rumah masing-masing.Â
Tempat budidaya jamur tiram pun tak membutuhkan lahan yang luas seperti sawah ataupun lahan, karena Desa Kramatinggil merupakan desa yang berada di tengah-tengah kota dan kurangnya lahan untuk bertani ataupun berkebun maka budidaya jamur tiram dapat menjadi solusi. Budidaya jamur tiram dapat dilakukan di ruangan yang lembab dan terlindungi dari sinar matahari langsung. Â Jamur tiram bisa dipanen sekitar 25-30 hari dan jarak panen pertama ke panen selanjutnya sekitar 2-3 minggu.
"Sebagai warga Desa Kramatinggil, jika ada potensi usaha untuk dikembangkan, maka akan saya kembangkan budidaya jamur tiram ini", tutur Hari Basuki salah satu petani jamur  Desa Kramatinggil
"Alhamdulillah mbak, karena sudah tua dan gak ada kerjaan, budidaya jamur tiram ini bisa sebagai kesibukan yang menguntungkan", kata Kardi petani jamur tiram Desa Kramatinggil yang sudah sepuh namun masih semangat melanjutkan usaha budidaya jamur tiram. "Lumayan mbak tiap panen sudah ada tukang sayur yang memesan jamur saya', imbuhnya.
Dengan demikian diharapkan Pemerintah Desa Kramatinggil bersama Puskesmas dan Dinas terkait bisa lebih meningkatkan lagi kerjasama untuk terus memantau perkembangan program pencegahan stunting dan ketahanan pangan ini agar berjalan lancar dan berkelanjutan.
Penulis : Dessyana Fitri