Mohon tunggu...
Amir Harjo
Amir Harjo Mohon Tunggu... Lainnya - Bekerja sebagai analis data di salah satu consumer goods

Saya Amir Harjo, jangan panggil saya bunga. Saya suka membaca dari kecil, tapi baru mengasah kemampuan menulis sejak kuliah. Saya banyak menulis di blog pribadi saya. Dulu saya menulis di blogspot, tapi sudah saya matikan. Saya sekarang lebih banyak menulis di medium. Kadang-kadang, saya beruntung karena tulisan saya dimuat di media-media terkenal seperti Detik atau Mojok. Akan tetapi, sebagian besar hanya mampu tampil di blog pribadi saya.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Beautiful Game, Bukan Sepak Bola, Tapi ...

2 Juni 2024   12:30 Diperbarui: 2 Juni 2024   12:38 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Final UCL tadi malam sepertinya sudah ditunggu-tunggu banyak orang. Dua klub kenamaan Eropa, Borussia Dortmund dan Real Madrid memperebutkan gelar bergengsi ini. Seperti yang sudah-sudah, Real Madrid kembali jadi juara. Memang, bola itu bundar akan tetapi juaranya bisa ditebak, yaitu klub yang lebih banyak uangnya. Anekdot itu pernah saya baca di buku "Net Gain", buku tentang perkembangan analisis sepak bola.

Memang sepak bola itu salah satu permainan yang sangat sulit untuk ditebak. Terutama karena waktu analisis, permainan itu tidak bisa dibagi-bagi menjadi set-set kecil yang ketika dianalisis maka akan menjadi sebuah bangunan besar yang pada akhirnya bisa menebak hasil akhir permainan. Apakah ball possession mempengaruhi hasil akhir? Itu nice to have statistic, tapi tidak menentukan hasil akhir. Misalnya waktu Indonesia melawan Guinea di U23 kemarin. Di atas kertas Indonesia unggul. Ball possession Indonesia 54%, sedangkan Guinea U-23 hanya 46%. Secara distribusi bola pun, timnas Merah Putih lebih unggul dengan menciptakan 241 operan sukses dari 317 operan. Tapi hasilnya? Ya gitu deh.
Selain sepak bola, ada satu lagi permainan yang menurut saya indah, tapi saya baru belakang ini. Yaitu permainan catur. Bapak saya dulu suka sekali bermain catur. Bermain dengan tetangga, bermain dengan anaknya dan kalau saya pulang bermain (bukan catur) dengan teman saya, kadang saya mendapati bapak saya sedang bermain catur melawan tetangganya.

Bahkan teman SD saya suka berseloroh mengenai bapak saya, "Pak Suyuuud, skaaak" karena begitu sering mendengar ajakan dari tetangga saya ke bapak saya untuk bermain catur.

Sampai suatu hari, bapak saya terlalu asik bermain catur dengan anak-anaknya dan lupa waktu. Ibu saya tidak happy, dan papan catur itu musnah.

Saya memang pernah melihat bapak saya main catur, tapi dia tidak pernah mengajari saya. Langkah dasar papan catur pun saya pelajari karena bermain dengan anak-anak tetangga. Kalau teknik dasar langkah bidak catur pun tidak diajari, apalagi strategi bermain catur.

Main catur bagi saya adalah permainan yang terlalu mekanik dan tidak ada indah-indahnya. Sampai saat badai Covid menyerang dan saya kesulitan untuk mencari permainan untuk anak saya yang tidak berhubungan dengan gadget.

Pada awalnya, anak saya tidak ada ketertarikan bermain catur. Karena seperti saya, meskipun tahu aturan menjalankan bidak, tapi tidak pernah tahu strategi bermainnya.

Anak saya dengan rasa penasaran tinggi mulai menjelajahi internet untuk memahami catur. Perlu diperhatikan disini bahwa saya setengah gagal untuk menjauhkan anak dari gadget. Dengan modal youtube dan situs chess.com, dia mulai mendengarkan banyak tutorial catur, mengerjakan banyak sekali kuis.

Pada akhirnya dia menjadi orang paling jago dirumah. Permainan saya dan adiknya terupgrade karena dia mengajari saya dan adiknya beberapa trik pembukaan dan tentunya dengan memperhatikan dia bermain, saya jadi tahu strategi yang dia jalankan.

Ternyata permainan catur itu sangat indah. Strategi yang dijalankan untuk memojokkan raja menjadi permainan penutup yang memuaskan. Strategi opening ternyata sangat berpengaruh dengan jalannya permainan karena disini ada perebutan posisi tengah dimana segala macam serangan dan pertarungan terjadi.

Apakah cukup sampai disitu? Karena melihat semangat dia untuk terus bermain catur dan dirumah tidak ada lawan yang sepadan. Saya menyarankan anak saya untuk ikut kelas catur. Kelasnya SCUA. Sekolah ini didirikan oleh salah satu GM Indonesia yang sangat concern dengan pendidikan catur. Disekolah ini dia mendapati lawan yang sepadan, guru yang mumpuni. Sayang sekali setelah empat bulan sekolah, anak saya yang sekarang SMP sudah mulai bosan karena banyaknya tugas sekolah dan ingin fokus di matematika daripada catur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun