Dunia pendidikan tidak asing lagi dengan teori behaviorisme. Teori ini sangat populer dan hampir semua pendidik memanfaatkannya demi keberhasilan kelas. Saat ini terdapat banyak teori behaviorisme yang dikemukakan oleh tokoh ahli, namun penulis hanya fokus membahas teori behaviorisme oleh Palvov (Classical Conditioning) dan teori behaviorisme oleh Skinner (Operant Conditioning).Â
Teori behaviorisme Ivan Palvov disebut Classical conditioning karena percobaan Palvov terhadap anjing dimana perangsang asli dan netral dipasang dengan stimulus bersyarat secara berulang-ulang sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan (Sugihartono dalam Husamah, 2016).Â
Seorang guru meyakini jika sikap siswa di dalam kelas yang dapat di kondisikan diharapkan mampu memberikan hasil belajar yang baik. Pengondisian dengan adanya stimulus yang bersyarat berulang-ulang secara tidak langsung memunculkan reaksi yang diinginkan.Â
Proses pembelajaran di dalam kelas tentunya membutuhkan suatu pengondisian seperti siswa mampu mengikuti instruksi, memotivasi diri untuk belajar, mengikuti prosedur yang disepakati agar penyampaian materi pembelajaran berjalan dengan baik.Â
Hal ini diharapkan siswa memberikan hasil belajar yang baik dari segi kognitif, psikomotor dan afektif. Teori Palvov sangat baik diterapkan pada level lower grade atau bahkan preschool, karena sesuai dengan usia siswa.Â
Teori behaviorisme Skinner (Operant Conditioning) merupakan proses belajar dengan mengendalikan semua atau sembarang respon yang muncul sesuai konsekuensi atau resiko yang mana organisme akan cenderung akan mengulang respon-respon yang diikuti oleh penguatan (Husamah, 2016).Â
Dampak yang dihadapi oleh guru adalah kondisi pembiasaan yang dituntut harus dipertahankan supaya refleks yang diharapkan meningkat, kelemahannya jika kondisi pembiasaan yang dituntut menurun akan menyebabkan penurunan pada refleks yang diharapkan bahkan menghilang.Â
Pada kondisi kelas pemberiaan reward untuk situasi tertentu yang dikondisikan harus dipertahankan dan konsisten dilakukan sehingga respon/refleks yang diharapkan guru bisa bertahan atau meningkat.Â
Hal buruk bisa terjadi jika pemberian reward diputuskan ada kemungkinan semangat dan refleks yang diharapkan guru dari siswa tidak terjadi lagi. Teori ini juga memberikan pandangan dengan adanya punishment dalam proses pembelajaran di dalam kelas.Â