Mohon tunggu...
Desrilla Ramadani
Desrilla Ramadani Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa S1 Administrasi Pendidkan yang humble dan suka bekerja sama, dan bisa mencairkan suasana

I don't have any hobbies, but I can do anything

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Merdeka Belajar bagi Mahasiswa Akhir

18 Februari 2022   12:16 Diperbarui: 18 Februari 2022   14:55 414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

"Dilema karena pillar skripsi di tentukan prodi" hal ini sering dirasakan mahasiswa --mahasiswa semester akhir yang sudah mau menempuh tahap penyusunan skripsi atau tahap akhir dalam dunia perkuliahan, yang dimana masih ditemukan ada beberapa prodi yang menerapkan system pemilihan pillar skripsi mahasiswa ditentukan oleh ketua prodi maksudnya mahasiswa tidak dibebaskan untuk memilih sesuai kemauan dan kemampuannya dibidang mana.

Banyak mahasiswa mengeluh karena tidak mendapatkan pillar yang di inginkan nya, selain itu juga tidak menyukai atau takut dengan dosen pembimbing yang sudah ditetapkan juga sesuai dengan pillar nya. Contohnya ada beberapa mahasiswa beranggapan bahwa dengan dosen si A susah dan kadang dipersulit, dan ada juga mahasiswa beranggapan dengan dosen si B seru, baik, dan mempermudah mahasiswa bimbingannya, dan masih banyak anggapan lain tentang dosen pembimbing. Beruntung mahasiswa yang mendapatkan sesuai dengan keinginan nya, tapi bagaimana dengan  mahasiswa yang kesulitan karna pillar yang didapatkan tidak sesuai dengan keahlian nya, alhasil mahasiswa tersebut lama menyelesaikan skripsi nya ditambah lagi dosen pembimbing mempersulit, dan pada akhirnya mahasiswa tersebut merasa capek dan malas mengerjakannya.

Dibalik system pillar yang ditetapkan ada banyak alasan kenapa ada beberapa prodi menerapkan nya, contohnya karna ada dosen yang tidak memiliki kemampuan pada pillar tersebut dan juga takutnya ada dosen yang tidak dipilih mahasiswa karna tidak ada yang menyukai atau takut dengan dosen tersebut. Padahal sebenarnya dengan seperti itu, bisa menjadi pelajaran bagi dosen tersebut, sadar akan perlakuan yang selama ini dia berikan terhadap mahasiswa bimbingannya.

Seperti yang kita ketahui, sekarang ada istilah Merdeka Belajar yang merupakan salah satu kebijakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, yang dibuat untuk meningkatkan keahlian lulusan, baik itu kemampuan teknis maupun kemampuan non teknis, agar pelajar khususnya mahasiswa sudah siap dan pantas dengan keperluan SDM yang dibutuhkan dimasa sekarang, yang dimana system Merdeka Belajar ini dapat merancang lulusan yang akan dijadikan nantinya sebagai pemimpin dimasa depan. Memberikan kebebasan kepada dosen dari berbagai system yang sulit dan bertele -tele dan juga memberikan kepada mahasiswa kebebasan dalam memilih bidang yang disukai dan mampu menjalaninya. Itulah makna dari Merdeka Belajar dalam perkuliahan. Kebijakan Merdeka Belajar ini seiring dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 3 Tahun 2020 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi. Peraturan ini dijalankan bagi pihak -pihak yang terkait seperti perguruan tinggi, fakultas, program studi, mahasiswa, dan mitra.  

Didukung oleh penelitian Yulius Laga, dkk (2022) tentang Persepsi Mahasiswa terhadap Kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) dalam jurnal Ilmu Pendidikan, menerangkan bahwa mahasiswa merasakan manfaat dan sesuai dengan kebutuhan yang diharapkan setelah mahasiswa menyelesaikan pendidikannya, yang dimana system Merdeka Belajar ini menjadikan mahasiswa yang peka terhadap fenomena social, membangun rasa percaya diri, meningkatkan wawasan dan kerjasama bagi mahasiswa. Dapat disimpulkan bahwa Merdeka Belajar ini sangat diperlukan bagi mahasiswa, selain menjadikan mahasiswa yang berkualitas, system Merdeka Belajar ini akan menjadikan kelancaran dalam dunia perkuliahan.

Tulisan ini dibuat untuk memperlihatkan kepada orang banyak bahwasannya system Merdeka Belajar memiliki makna dan peran dalam pendidikan terutama dunia perkuliahan. Semangat kepada mahasiswa yang sedang menempuh tahap akhir perkuliahan salam dari saya mahasiswa semester 6 prodi Administrasi Pendidikan FKIP Universitas Jambi dan semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembacanya. Wassalam. Mendalo, Jambi 17 Februari 2022.

Referensi: 

Laga, Yulius. dkk (2022). Persepsi Mahasiswa terhadap Kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Jurnal Ilmu Pendidikan. Vol. 4 (1)

Sudaryanto. Wahyu Widayati. Risza Amalia. (2020). Konsep Merdeka Belajar-Kampus Merdeka dan Aplikasinya dalam Pendidikan Bahasa (dan Sastra) Indonesia. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun