Dalam beberapa dekade terakhir, peran bank sentral menjadi semakin krusial di tengah dinamika ekonomi global yang penuh tantangan. Ketidakpastian ekonomi akibat krisis finansial, pendemi, peran dagang, pada perubahan iklim telah mempengaruhi bagaimana bank sentral menjalankan fungsinya.Â
Selain menjadi stabilitas moneter, peran bank saat ini menjadi semakin meluas, mencakup pengawasan makroprudensial, pengelolaan stabilitas keuangan, dan respons terhadap perubahan kebijakan fiskal dan geopolitik.
* Peran Utama Bank Sentral Dalam Stabilitas MoneterÂ
Secara tradisional, peran utama bank sentral adalah menjaga stabilitas moneter, yang dilakukan melalui pengendalian inflasi dan stabilisasi nilai tukar mata uang. Instrumen utama yang digunakan untuk mencapai tujuan ini adalah kebijakan suku bunga, operasi pasar terbuka, serta pengendalia. Cadangan wajib minimum perbankan.Â
Di tengah kondisi yang melanda ekonomi global yang semakin terus berubah, bank sentral harus menyesuaikan kebijakan yang dibuat untuk merespons guncangan eksternal, seperti fluktuasi harga komoditas, volatilitas nilai tukar, atau krisis yang dipicu oleh gangguan rantai pasok global.
Krisis keuangan global 2008 memberikan pelajaran penting bagi bank sentral di seluruh dunia. Krisis tersebut menunjukkan bagaimana ketidakmampuan pasar untuk mengoreksi dirinya, sehingga bank sentral harus mampu bertindak cepat dan inovatif.
Bank sentral di berbagai negara, terutama Federal Reserve Amerika Serikat (The Fed) dan Bank Sentral Eropa (ECB), menggunakan kebijakan moneter yang tidak konvensional seperti pelonggaran kuantitatif (quantitative easing) untuk mengatasi penurunan likuiditas pasar dan pencegahan akan terjadinya depresi ekonomi.
* Pengawasan Makroprudensial dan Stabilitas KeuanganÂ
Peran bank sentral bukan lagi terbatas pada kebijakan moneter saja. Sejak krisis keuangan global, stabilitas sistem keuangan akan menjadi fokus utama.Â
Pengawasan makroprudensial bertujuan untuk mencegah risiko sistemik yang dapat mengancam stabilitas ekonomi secara keseluruhan. Bank sentral memperhatikan risiko di sektor perbankan dan pasar keuangan, serta mengambil tindakan preventif untuk mencegah terjadinya krisis baru.
Sebagai contoh, Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berkolaborasi dalam melindungi dalam sistem perbankan dan sistem keuangan lainnya guna memastikan stabilitas keuangan nasional.Â