[caption caption="gambar: www.ryot.org"][/caption]
Aku harus melindungi janji itu. Janji di mana dia akan datang, seperti pada malam ini.
Desol, No. 1
Lelah. Hampir seharian aku di sini. Menunggu yang mungkin sebentar lagi akan datang. Mengamati gugurnya daun-daun kering dari rantingnya, tak lagi membosankan bagiku. Tiga gelas lemon tea, juga lima potong cheese cake, adalah cara yang tepat untuk membunuh waktu. Entah sampai kapan.
“Lebih baik kau pulang saja, Nona. Aku harus segera menutup cafe ini.”
Pemilik cafe mulai tak sabar. Aku harus segera pergi, itulah inginnya. Tapi aku harus menunggu, sebab aku telah berjanji. Hari masih sore bukan? Masih pukul dua puluh dua. Aku tak dilahirkan sebagai pengingkar janji, maka harus kutepati.
“Siapa yang kau tunggu? Bukankah selalu berakhir dengan taxi yang terpakir di ujung jalan?”
Aku ingin marah. Ingin kumuntahkan seluruh isi perutku pada pemilik cafe itu. Aku bukan pencuri di sini, aku hanyalah penunggu. Ya, benar. Aku hanyalah penunggu tanpa akhir temu yang indah.
“Aku bosan melihatmu di sini.”
“Harusnya kau senang, aku menjadi pelanggan setiamu.”