Wanita itu menutup pori-pori tubuhnya, membenamkannya dalam derita. Air matanya membasahi kaki Tuhan. Telunjuknya mengetuk-ngetuk pintu neraka, seluruh malaikat berhenti bersorak. Ujung-ujung rambutnya yang semula dipenuhi kuntum-kuntum mawar, mulai layu. Berjatuhan. Seperti hati yang dibuang ke selokan, maupun cinta yang diinjak-injak kawanan babi hutan.
“Aku ingin mati.”
Ia menghisap kembali rokoknya.
“Kau pikir bisa semudah itu? Mati dengan cara menghabiskan seluruh rokokku?”
Melempar pandang ke awan-awan membuatnya sedikit tenang. Semula kakinya gemetar, wajahnya pucat seperti seseorang yang habis tertidur di atas salju. Rambutnya tak tersisir. Entah kapan terakhir kali ia memakaikan shampo pada kepalanya.
“Kau pernah merasakan kehilangan?”
“Mungkin tapi setelah kau benar-benar mati nantinya.”
“Aku serius.”
“Aku juga.”
Ia mematikan rokoknya dengan menekan-nekannya di atas sekumpulan semut.
“Seperti ini. Ya, seperti ini.”