Mohon tunggu...
DesoL
DesoL Mohon Tunggu... Penulis - tukang tidur

▪tidak punya FB/Twitter/IG dan sejenisnya▪

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Aku Bisa Apa, Mas?

10 Agustus 2016   00:31 Diperbarui: 30 Agustus 2016   09:38 7646
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pic: www.walldevil.com

“Mas, pagi tadi seseorang memakiku. Dia memasuki rumah tanpa permisi. Mulutnya mirip parang. Napasnya bau sekali. Hampir kusela untuk menyuruhnya sikat gigi atau kumur air bunga mawar. Wanita itu tidak peduli bahwa aku setengah telanjang. Dibukanya dengan paksa pintu kamar mandiku. Mungkin dia buru-buru untuk menemuiku sehingga meninggalkan malu di rumahnya. Dengan muka merah, ia menggerak-gerakan bibirnya, “Dasar pelacur! Kau bawa lari suamiku! Jangan-jangan dia sudah menghamilimu! Bertahun-tahun menikahiku, dia tak kunjung memberiku anak! Berapa kali dia mencumbumu? Berapa kali dia menidurimu?” Belum sempat aku menjawabnya, wanita yang mengaku istrimu itu menamparku.”

Aku merapikan handuk yang tergulung di atas kepalaku. Rambutku masih basah. Gagang telepon hampir terjatuh. Tanganku masih licin. Busa sampo belum terbilas.

Laki-laki di seberang sana menarik napas. Diembuskannya perlahan. Didengarkannya semua ceritaku. Ya, dia adalah pendengar yang baik dan aku suka itu.

“Apa yang kau lakukan padanya?”

Dia bertanya.

“Aku tidak melakukan apapun. Sesuai janjiku padamu, aku akan membiarkan dia berbuat sesuka hatinya. Jika dia melanjutkan tamparannya hingga seratus kali, aku siap.”

Di atas meja terdapat potret dirinya berbingkai kayu. Aku membiarkannya di sana. Bagiku, tidak ada yang lebih melegakan selain menemukan senyumannya.

Kumainkan kabel telpon dan tetap kujaga agar tak terputus. Suaranya lebih penting dari urat nadi. Tidak masuk akal –memang, itulah cara hatiku bekerja.

“Kau tidak terluka?”

“Lebih terluka mana jika harus kehilanganmu, Mas?”

“Ah, kau selalu begitu.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun