Mohon tunggu...
DesoL
DesoL Mohon Tunggu... Penulis - tukang tidur

▪tidak punya FB/Twitter/IG dan sejenisnya▪

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Lenyaplah Kau!

23 April 2016   16:07 Diperbarui: 23 April 2016   16:19 4
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah berpamitan, ayah lenyap.

Adikku terbangun kemudian menangis melihat ibu menempel pada dinding kamarnya. Aku sudah membuatkan susu untuknya, namun adik laki-lakiku ini hanya mau meminum susu ibu. Aku jadi berpikir, apakah seorang wanita yang sudah mati masih bisa menyusui anaknya?

“Diamlah! Jangan menangis!” bentakku padanya.

Adikku berhenti mengeluarkan air matanya. Mendadak mati seperti kena penyakit jantung. Menghitam. Dan lenyap.

Kini aku sendirian. Semua penghuni kamar ini mati kecuali ayah yang tiba-tiba menghilang. Ingin rasanya aku menyusul mereka untuk bisa mati. Aku ingat nasihkat ibu bahwa Tuhan itu maha memberi termasuk memberi mati –pikirku.

“Tuhan...Tuhan...bisakah aku mati sekarang?” pintaku.

“Bisa!” kudengar Tuhan menjawab.

Kulihat yang kupercayai sebagai Tuhan itu mengembuskan napasnya pada sebuah benda yang bercahaya. “Lenyaplah kau! Lilin ini telah padam!”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun