“Aku melihatnya sendiri. Seseorang menyeret tubuhnya lalu menghajarnya di atas meja.”
“Kau terlalu sering menonton film horor. Sebaiknya lekas kembali ke rumahmu dan pergi tidur.”
“Kalian harus masuk ke dalam dan aku akan panggilkan polisi. Perempuan itu akan mati jika kita diam di sini.”
“Sudahlah, jangan berhalusinasi.”
“Apa kalian pikir aku ini gila?”
***
Semalam aku gagal tidur. Bayangan tubuh perempuan yang terhajar di atas meja menghantuiku, dan pada kenyataannya tak satu orang pun yang melihatnya. Aku terus bertanya kepada diriku sendiri. Benarkah semalam aku berhalusinasi? Benarkah aku mulai gila? Tidak mungkin!
Aku memutuskan untuk kembali pada kehidupanku yang sebelumnya. Kehidupan tanpa rasa ingin tahu terhadap perempuan itu maupun hal-hal yang telah terjadi sebelumnya. Aku hanya tidak ingin dianggap gila.
Aku kembali melewati rumah itu. Alasan yang sangat tepat sebab aku belum menemukan jalan lain, selain yang aku lalui setiap harinya. Kondisi rumah itu masih sama, dengan ilalang yang tumbuh sembarangan, cat dinding yang mengelupas di mana-mana, juga dua pohon ceri yang ranting-rantingnya kering. Hanya saja, aku mendengar ketukan pada jendela kaca yang sangat kencang.
“Perempuan itu lagi!”
Bodohnya aku yang membiarkan kaki-kakiku ini berlari untuk membawaku kembali mendekatinya. Aku mengambil bongkahan batu. Melemparkannya ke arah jendela kaca dan memecahkannya. Aku melihat wajah perempuan itu dengan sangat jelas. Penuh lebam di sana-sini.