Ada sebuah ungkapan yang mengatakan bahwa sahabat dan persahabatan adalah suatu anugerah terindah dari Tuhan. Bagi saya ungkapan ini benar dan mutlak, serta tidak dapat dipungkiri dalam realitas sehari-hari.
Menurut saya ini tidak hanya berlaku untuk pribadi saya saja akan tetapi bagi kita semua yang disebut manusia. Jikalau ditanya kepada saya, siapakah sahabat Anda? Ya, pasti saya menjawab dengan spontan "Mereka yang ada bersama dengan saya kapan dan dimana pun".
Untuk saya arti seorang sahabat itu adalah mereka bisa menyembuhkan luka hati. menarikmu dari nada-nada sedih yang melingkupi. Menerangi langitmu yang kelabu, menjernihkan dusta-dusta yang menimpa. Selalu siap dengan tangan terbuka, untuk menghiburmu, dan melendungi dari marabahaya. untuk membantu menyimpan segala rahasiamu, untuk menerimamu saat kau ingin bersenang-senang. Selalu berada di sampingmu, dalam suka dan duka. dalam saat-saat bahagia, penuh ketakutan, selalu meyenangkan dan selalu ceria dan ikatan di antara sahabat akan senantiasa abadi. Persahabatan bisa melipatgandakan kebahagian dan mengurangi kesedihan.
Itulah arti sahabat bagi saya. Sekalipun demikian, persahabatan itu juga tidak lebih seperti dua garis lurus yang tidak pernah akan menyatu, jika tidak pernha membuka, memulai percakan dengan rendah hati. Misalnya saja; ketika saya mengadakan suatu perjalanan, di dalam angkot yang saya tumpungi banyak orang baru yang saya jumpai dan tidak kenal satu persatu.Â
Seklaipun tidak saling kenal astu dengan yang lain, ada hal menarik bagi saya berkenaan dengan sikap pak supir yang ramah dan mudah senyum itu. Ia secara spontan melemparkan senyum kepada saya, seolah sudah kenal dan saling mengenal satu dengan yang lain sebelumnya. Dibalik senyum itu juga termuat suatu nilai kebersamaan dan sekaligus saya sebagai pribadi merasa diterima, nyaman dalam perjalanan menuju tujuan.
Senyum yang bersahabat itu, dilontarkan itu tidak hanya sebatas senyum saja, akan tetapi kini beralih sebuah kisah yang mengisahkan hidup masing-masing dalam rentetan peristiwa. Singkatnya, yang awalnya saya merasa sendirian di tengah keramaian kini berubah  menjadi sauna penuh keramaian.
Cerita pun panjang lebar, dan hal yang paling menarik bagi saya adalah ungkapan pak supir yang menurut saya penuh dengan kebijaksanaan. "Bang mencari musuh itu sangatlah gampang akan tetapi untuk bersahabat pada semua orang tidak segampang yang kita banyangkan. Terkadang orang-orang di dunia ini merasa gengsi untuk bersahabat dengan semua orang, dan barang tentu ini tidaklah berlaku untuk semua orang, mungkin bisa saja hanya bagi sebagian orang. Â
Bagi saya pribadi bang, bersahabat dengan semua orang itu sangat menyenangkan. Untuk bersahabat itu tidak perlu pakai uang, tidak perlu pengurasan tenaga, cukup dengan kerendahan hati untuk rela berkorban memberi senyum terlebih dahulu dan memberi penghargaan serta pengakuan kita akan keberadaan mereka sebagai sesama makhluk ciptaan Tuhan. Bagi saya, senyum adalah dasar dari persahabatan untuk mendapatkan sahabat".
Dalam benak saya benar juga apa yang dikatakan oleh pak supir ini. Senyum itu adalah hal yang mudah, tanpa menguras tenaga tetapi selalu indah. Sifatnya biasa-biasa saja, akan tetapi mengandung makna yang amat spesial. Di dalamnya terbalut  rasa cinta dan kasih yang mendalam, tanpa mencurigai satu dengan yang lain, dengan sebutan "jangan-jangan".
Dari kisah di atas, bagi saya sahabat dan persahabatan itu tidak perlu orang-orang yang mesti kita kenal, yang dengannya kita setiap hari bersama, bertemu, berkengkerama akan tetapi mereka yang kita tidak kenal juga adalah sahabat kita.Â
Bagi saya, persahabatan itu bagaikan dua gari lurus. Dua garis lurus ini tidak pernah mengenal satu dengan yang lain akan tetapi berjalan pada rentetan waktu dan tujuan yang sama.Â