Mohon tunggu...
Desla Tumangger
Desla Tumangger Mohon Tunggu... Guru - Penulis Fiksi

~Bersembunyi dibalik kata-kata

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Covid-19, Menghilanglah. Kami Ingin Belajar Tatap Muka di Sekolah

29 Agustus 2021   15:50 Diperbarui: 29 Agustus 2021   16:11 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pembelajaran tatap muka sebelum pandemi (Dokpri)

Guru tipe begitu yang memang pantas di katakan "guru makan gaji buta". Merasa tidak punya beban moral menanggungjawabi keberlangsungan system pembelajaran. Biasanya, orang -- orang yang tidak punya panggilan menjadi guru setulus hati yang begitu, yang penting "duit".

Lantas banyak pula orangtua yang merasa semakin resah dengan keberlangsungan pendidikan anak -- anaknya. Bagaimanapun juga, yang diharapkan adalah siswa yang punya ilmu bukan sekedar punya ijazah. 

Bagaimanapun hebatnya google dapat menjawab semua pertanyaan dan rasa penasaran siswa tentang sebuah materi, tetap saja peran guru dalam membina karakter siswa tidak tergantikan. Jika siswa yang di hasilkan pintar materi tetapi hancur secara moril, apa jadinya?

Di sekolah, siswa dapat lebih dibentuk karekternya. Mulai masalah kedisiplinan, rasa hormat, mengasihi, kerjasama, kejujuran dan lainnya. Google hanyalah bak robot yang mempunya banyak ilmu tetapi tidak memiliki hati nurani sama sekali.

"Belajar tatap muka saja apa salahnya? Sampai kapan begini? Kan bisa menerapkan prokes ketat!"

Nah, ini merupakan dilema besar saat ini. Untuk guru -- guru yang kesulitan menjalankan pembelajaran daring, niatnya sangat ingin segera melakukan pembelajaran tatap muka. Tapi, yang menjadi acuan kan tetap saja aturan dari atas. Kalau atasan bilang belum bisa, ya mau bagaimana. Ada instansi tertinggi yang menaungi sekolah sebagai pemberi ijin boleh atau tidaknya.

Kalaulah misalnya sekolah nekat melanggar aturan dan memperbolehkan anak -- anak belajar di sekolah, orangtua yakin nih mempercayakan keselamatan anaknya? Sementara dijaman ini, guru semakin takut dengan orangtua. Kalau dulu orangtua yang segan dengan guru, sepertinya sekarang terbalik. 

Wong siswanya di marahin dikit aja sama siswanya orangtua langsung datang kesekolah bawa polisi plus bawa parang. Gimana lagi kalau anaknya kena covid di sekolah? Mungkin orangtua auto bawa pistol.

Protocol kesehatan secara ketat? Bisa saja sebenarnya. Namun kembali lagi, mungkin ada siswa yang bisa disiplin mematuhi protokol kesehatan selama di sekolah. Namun bagaimana dengan siswa yang nakal yang tetap susah untuk di atur. Karena bukan hanya 1 atau dua siswa yang harus di awasi, ada banyak. 

Belum lagi, ketika siswa keluar dari gerbang sekolah guru sudah lepas tanggungjawab dengan siswa. Tidak bisa dipastikan mereka tidak berkerumun diluar sekolah. Nah kalau kemudian siswa terkena virus di luar sekolah, siapa yang kemudian di salahkan? Sekolah pastinya.
apakah sekolah mau mengambil resiko itu? sepertinya masih perlu di pertimbangkan.

Nah, siswa yang selama ini mengeluh menjalani pembelajaran daring yuk semangat. Dan orangtua yang selama ini bisanya hanya protes tentang pembelajaran daring, yuk di pikirkan sama -- sama solusinya. Dan semoga pemerintah juga bisa mempertimbangkan secara matang tentang pemberlakuan sistem pembelajaran tatap muka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun