Mohon tunggu...
Desiy Savitri
Desiy Savitri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Universitas Maritim Raja Ali Haji

Tersenyumlah Hari ini, esok dan selamanya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pandemi Covid-19: Problematika Pembelajaran Daring

10 Juli 2021   07:00 Diperbarui: 10 Juli 2021   07:05 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Wabah covid-19 melanda berbagai negara di belahan dunia termasuk di Indonesia. Dari penyebaran covid-19 menyebabkan perubahan di berbagai sektor termasuk bidang ekonomi sosial pariwisata hingga pendidikan titik berbagai upaya telah dikerahkan oleh pemerintah untuk mencegah dampak negatif dari penyebaran virus covid-19 dengan memberikan layanan dan informasi melalui teknologi digital sehingga memberikan peluang dan pemanfaatan teknologi di berbagai bidang termasuk bidang pendidikan yang memberikan ruang besar untuk melakukan pembaharuan dan perubahan sistem pembelajaran di bidang pendidikan. Sistem pembelajaran yang semula konvensional yaitu bertatap muka secara langsung kini harus berubah menjadi sistem daring sesuai arahan kementerian pendidikan dan kebudayaan republik Indonesia dalam proses penyelenggaraan pembelajaran daring.

Adanya pandemi Covid-19 ini menyebabkan banyak sekali diterapkannya kebijakan-kebijakan baru dalam berbagai bidang untuk memutus rantai penyebaran covid-19. Beberapa upaya yang dilakukan pemerintah adalah dengan menghimbau masyarakat untuk melakukan physical distancing atau menjaga jarak satu sama lain titik dengan adanya peraturan untuk menjaga jarak maka diterapkanlah WFH (Work From Home). Pendidikan menjadi salah satu yang terdampak dengan adanya Pendem ini.

Pemerintah menghimbau untuk melaksanakan pembelajaran secara daring (dalam jaringan) sesuai surat edaran menteri Pendidikan dan kebudayaan nomor 2 tahun 2020 dan nomor 3 tahun 2020 tentang pencegahan dan penanganan covid-19. Menurut Moore, Dickson-Deane dan Galyen (2011) pembelajaran daring merupakan pembelajaran yang menggunakan jaringan internet dengan aksebilitas, konektivitas fleksibilitas, dan kemampuan untuk memunculkan berbagai jenis interaksi pembelajaran. Dengan menggunakan sistem dari ini banyak sekali persoalan-persoalan baru yang muncul dari siswa, salah satunya adalah masalah jaringan, karena banyak siswa dari daerah tertentu yang mengalami kesulitan internet. Selain itu, kesusahan siswa dalam memahami materi yang telah diberikan oleh guru karena cara penyampaiannya yang berbeda dari biasanya. Dalam hal ini orangtua juga harus ikut serta dalam kegiatan pembelajaran daring tersebut sebagai pengganti guru yang menjadi orang tua siswa ketika berada di sekolah. Jadi, orangtua setiap siswa memiliki tambahan tanggung jawab sebagai pendamping ketika terlaksananya pembelajaran daring agar siswa melakukan pembelajaran dengan baik.

Dampak dari covid-19 dalam bidang pendidikan, para siswa yang kesusahan memahami materi secara mandiri. Orang tua yang ikut andil untuk membantu anaknya, tetap saja tidak mengeluarkan hasil yang memuaskan dan malah sebaliknya. Ditambah lagi segala sesuatu yang dilakukan secara daring pasti berkaitan dengan yang namanya teknologi dan tidak semua siswa mempunyai teknologi yang memadai untuk melaksanakan pembelajaran daring titik di sisi lain seorang guru juga memiliki tantangan sendiri dalam kegiatan pembelajaran daring ini diantaranya adalah harus memahami beberapa aplikasi yang digunakan untuk pembelajaran daring dan seluruh fitur-fitur yang ada, selain itu guru juga harus menciptakan suasana yang menyenangkan selama proses pembelajaran daring ini karena tidak ada tatap muka secara langsung.

Untuk bisa mengikuti pembelajaran daring, kita harus memiliki smartphone atau laptop. Ini merupakan beban bagi keluarga yang ekonominya di bawah rata-rata karena harganya yang cukup mahal.

Pembelajaran secara daring memang cenderung kurang efektif karena guru tidak bisa memantau peserta didik secara langsung seperti pada saat pembelajaran tatap muka, guru dan peserta didik dominan memakai e-learning dalam proses belajar mengajar pada saat guru memberikan atau menjelaskan materi kepada peserta didik secara daring pasti tidak semua peserta didik memahami materi tersebut karena karakter yang dimiliki setiap peserta didik pasti berbeda-beda ada yang cuek ada yang semangat walaupun proses belajar mengajar dilakukan secara daring ada yang pemalas ada juga peserta didik yang acuh tak acuh, berbagai jenis karakter dan sangat disayangkan tidak bisa kita pantau secara langsung seperti proses belajar mengajar tatap muka.

Selama pelaksanaan pembelajaran daring, pada umumnya ada orang tua di rumah yang bisa menemani anaknya dalam proses belajar dari titik tetapi tak jarang juga ada orang tua yang sibuk bekerja sehingga tidak dapat membimbing atau memantau anaknya dan orang tua tersebut percaya begitu saja dengan anaknya. Belum lagi pada saat hujan secara daring berlangsung sangat berbeda jauh dengan ujian tatap muka titik dimana saat hujan datang muka biasanya dilakukan secara close sehingga peserta didik dipaksa untuk belajar dan memahami materi terlebih dahulu agar bisa mengisi lembar ujian, sedangkan ujian secara daring malah sebaliknya. Guru tidak dapat memantau dan tidak jarang ada peserta didik yang mencari jawaban soal ujiannya di Google atau saling bertukar jawaban dengan temannya.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah penggunaan smartphone guna menunjang pembelajaran daring, dengan penggunaan smartphone secara berlebihan akan menimbulkan adanya kecanduan terhadap penggunaan smartphone. Beberapa penelitian yang dilakukan oleh Siddiqui dan Singh (2016), menyatakan adanya indikasi kencanduan gadget akibat penggunaan yang terlalu berlebihan, sehingga menimbulkan kekhawatiran terhadap efek negatif dari penggunaan gadget dan media sosial seperti kemungkinan terpapar informasi yang salah dan tidak perhatian selama belajar akibat bermain media sosial.

Di sisi lain penggunaan teknologi dalam proses pembelajaran daring juga dapat menimbulkan dampak positif yaitu kreativitas di kalangan peserta didik dalam mengembangkan pengetahuan yang telah mereka miliki titik dengan metode pembelajaran yang sangat bervariasi dari guru. guru dapat menciptakan suatu produk pembelajaran yang kreatif, misalnya dengan membuat konten video pembelajaran sebagai bahan ajar nya dengan begitu peserta didik akan semakin tertarik dengan materi yang diberikan oleh guru melalui video tersebut. Sehingga dengan penerapan model pembelajaran seperti itu membuat siswa tidak cepat merasa bosan dalam mengikuti pembelajaran secara daring.

Dalam pembelajaran sistem daring ini juga memberikan dampak yang serius dalam pendidikan, adapun dampak positif dari pembelajaran daring yaitu pembaharuan dan pemanfaatan part from pembelajaran, siswa dapat belajar secara fleksibel tanpa terikat ruang dan jarak. Siswa dapat mencari informasi secara bebas dari berbagai sumber. Serta siswa aman dan terhindar dari penyebaran virus covid-19. Siswa dapat belajar dengan santai dan mengasah kemampuan dengan membuat kreativitas kreativitas di rumah melatih tanggung jawab kejujuran dan mandiri dalam mengerjakan tugas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun