Pada artikel sebelumnya, penulis telah menyampaikan tentang kelangkaan dalam kehidupan ekonomi. Kelangkaan bisa terjadi karena sumber daya terbatas namun kebutuhan manusia tidak ada habisnya. Solusi yang bisa kamu lakukan adalah dengan menentukan skala prioritas. Kalau masih bingung juga, bisa dimulai dari hal yang paling simpel. Contohnya ketika kamu mempunyai uang sebesar Rp 10.000,00. Kira-kira mau kamu gunakan untuk apa uang tersebut? Kamu mempunyai banyak opsi diantaranya:Â
- Membeli indomie seharga Rp 2.000,00
- Membeli nutrisari seharga Rp 2.000,00
- Membeli buku tulis seharga Rp 3.000,00
- Membeli pulpen seharga Rp 3.000,00
- Membeli mainan lego seharga Rp 10.000,00
Dalam situasi tersebut, ternyata kehabisan buku tulis dan pulpen. Namun disaat yang bersamaan, kamu ingin sekali membeli mainan lego. Dalam hal ini kamu dihadapkan pada keputusan "apa yang harus aku beli?". Kamu bisa mempertimbangkan dengan beberapa keputusan dibawah ini:
- Kalau kamu membeli pulpen dan buku tulis, maka kamu bisa mengikuti kegiatan pembelajaran dikelas dengan baik karena kamu butuh perlengkapan menulis yang menunjang. Maka total biaya yang kamu keluarkan sebesar Rp 6.000,00 dengan sisa uang Rp 4.000,00. Sisa uang tersebut tentu bisa kamu gunakan untuk membeli makan ketika kamu merasa lapar.
- Kalau kamu membeli mainan lego saja, maka kamu tidak bisa mengikuti kegiatan belajar dengan maksimal karena perlengkapannya tidak tersedia (buku tulis dan pulpen).Â
Kamu bisa mempertimbangkan barang apa yang bisa kamu beli disaat mendesak dan penting. Tentunya kamu akan memilih membeli buku. Selain belajar skala prioritas secara sederhana, kamu juga bertindak secara rasional dalam kegiatan ekonomi karena mempertimbangkan dana yang ada serta kebutuhan yang menurut kamu penting serta mendesak. Melihat dari cerita sederhana kebutuhan diatas, kamu pun perlu mengetahui bahwa setiap hari manusia itu tidak lepas dari kebutuhan.
Berikut top 3 kebutuhan yang sering sekali kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari:
- Handphone atau Telepon Seluler
Era digital ini mengharuskan kita menggunakan handphone. Handphone digunakan untuk belajar, bermain game, mengunduh dokumen, membaca berita, menonton youtube, dan sebagainya. Berdasarkan temuan yang penulis dapatkan diketahui bahwa pengguna telepon seluler terbanyak di Indonesia justru jatuh pada Kalimantan Timur sebesar 82,37%. Sementara untuk daerah Papua, Sulawesi Barat, Nusa Tengga Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Maluku Utara menduduki persentase yang rendah apabila dibandingkan dengan kota-kota lainnya.Â
- Transportasi
Zaman yang serba digital ini memungkinkan kita dituntut kerja dengan cepat, salah satunya di bidang transportasi. Kalau kita kilas balik, dulu orang-orang bisa saja menempuh perjalanan dengan jalan kaki saja sampa berkilo-kilo, penulis rasa hal itu tidak akan bisa dilakukan secara terus-menerus. Baiklah, kalau rumahmu dekat dengan sekolah atau tempat kerja. Namun bagaimana jadinya kalau lokasinya jauh sekali?
Bahkan kalaupun belum bisa mengendarai kendaraan umum seperti motor atau mobil, namun pasti ada kemungkinan nebeng bareng temen atau pesan transportasi online, bukan?
- Uang Giral
Awalnya penulis ogah-ogahan sekali menggunakan semacam m-banking, QRIS, e-money, dan sebagainya. Akan tetapi sepertinya penulis menelan ludah sendiri ketika menghadapi beberapa metode pembayaran kebutuhan barang/jasa tidak semuanya bisa menggunakan uang tunai! Dimana-mana pada pakai QRIS, bahkan penulis pun mau tidak mau mendatangi bank untuk meminta dibuatkan akun m-banking nya. Penulis juga menyadari dengan adanya pembayaran non tunai seperti ini bisa mampu menekan inflasi berlebih. Hal ini sudah penulis jabarkan pada artikel sebelumnya. Silakan cek link disini.Â
Demikian penjabaran opini penulis kali ini yang cukup simpel dan terkesan subjektif. Semoga memberikan pencerahan terhadap pandangan kalian.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H