E-commerce B2B, atau business to business, juga menjadi tren yang berkembang pesat di ASEAN. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan bisnis untuk melakukan transaksi secara online. Pada tahun 2022, e-commerce B2B menyumbang sekitar 20% dari total GMV e-commerce di ASEAN.
3. E-commerce omnichannel
E-commerce omnichannel, atau menggabungkan saluran online dan offline, menjadi tren yang semakin populer di ASEAN. Hal ini disebabkan oleh keinginan konsumen untuk mendapatkan pengalaman berbelanja yang lebih seamless. Pada tahun 2022, e-commerce omnichannel menyumbang sekitar 15% dari total GMV e-commerce di ASEAN.
Tantangan yang Dihadapi E-Commerce di ASEAN
Selain tren-tren terbaru tersebut, e-commerce di ASEAN juga menghadapi sejumlah tantangan. Hal itu dikarenakan  kurangnya kepercayaan konsumen. Masih banyak konsumen di ASEAN yang belum percaya untuk berbelanja secara online, infrastruktur yang belum memadai. Infrastruktur logistik dan pembayaran di beberapa negara ASEAN masih belum memadai, persaingan yang ketat. Persaingan di pasar e-commerce ASEAN semakin ketat, dengan masuknya pemain-pemain baru dari berbagai negara.
E-commerce memiliki potensi yang besar untuk tumbuh di ASEAN. Namun, perlu adanya upaya untuk mengatasi tantangan-tantangan yang dihadapi, agar e-commerce dapat berkembang secara berkelanjutan dan memberikan manfaat yang optimal bagi perekonomian ASEAN.
Meskipun menghadapi sejumlah tantangan, e-commerce tetap memiliki prospek yang cerah di ASEAN. Hal ini didukung oleh pertumbuhan ekonomi dan peningkatan pendapatan masyarakat, serta perubahan gaya hidup masyarakat. Dengan mengatasi tantangan-tantangan yang ada, e-commerce di ASEAN diperkirakan akan terus bertumbuh dan menjadi salah satu sektor ekonomi yang paling penting di kawasan ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H