Dalam kesempatan ini kita akan mengulas terkait adanya beda pemahaman dalam hal mempublikasikan tulisan pada jurnal. Banyak para penulis tidak memahami terkait yang namanya Coresponding author/Penulis korespondensi, hal ini terjadi karena adanya perbedaan pemahaman terkait hal ini. Ketika sebuah naskah disubmit hingga  dinyatakan diterima lalu  terbit, ada penulis yang minta agar si "A" yang diset sebagai penulis korespondensi.
Apakah penulis korespondensi ini bisa diminta/diubah? Tentu jawabannya tidak. Kenapa tentu kita bertanya karena seorang penulis korespondensi adalah yang bertanggung jawab dan bisa dikatakan penulis yang berkontribusi terkait publikasinya jurnal tersebut. Karena nantinya penulis korespondensi itulah yang berkomunikasi langsung dengan pengelola jurnal baik itu editor maupun reviewer nantinya
Dalam penulisan artikel di jurnal, adanya yang namanya penulis dan penulis korespondensi. Penulis dapat terdiri dari 1 hingga beberapa orang. Urutan penulis dibuat berdasarkan besarnya kontribusi atas artikel yang ditulis. Yang menjadi Penulis Pertama merupakan orang yang mempunyai kontribusi paling besar dalam artikel tersebut, penulis kedua lebih besar kontribusinya dari pada penulis ketiga, begitu seterusnya.Â
Misalnya, sebuah artikel yang ditulis oleh mahasiswa dan dosen. Jika kontribusi mahasiswa lebih besar, maka Penulis Pertamanya adalah sang mahasiswa, bukan Dosen, begitu juga sebaliknya.Â
Jika ini sebuah penelitian apakah juga termasuk, tentunya jawaban Iya. Misalnya yang berperan sebagai penulis korespondensi adalah anggota peneliti, tapi karena dia yang berkontribusi besar dalam hal publikasi artikel tentunya hal itu tetap berlaku sama. Kenapa namanya yang pertama atau penulis pertama sedangkan dia bukan Ketua dalam penelitian tersebut? Hal itu disebabkan karena kontribusi pada artikel.
Siapa Penulis Korespondensi Itu Sebenarnya?
Penulis korespondensi itu adalah salah seorang dari daftar penulis yang ada dalam suatu artikel (posisinya bisa saja penulis kedua, penulis ketiga ataupun penulis terakhir), biasanya dalam artikel diberi tanda * dibelakang nama/emailnya.Â
Dia adalah orang yang bertanggungjawab penuh dalam melakukan korespondensi dengan editor sebelum naskah publish dan bahkan setelah naskah publish menjadi korespondensi dengan pembaca atas kualitas artikelnya.Â
Dalam tata kelola jurnal, maka yang menjadi penulis korespondensi adalah orang yang mensubmit naskahnya di jurnal, merespon setiap permintaaan dari editor. Jika ada sebuah naskah yang disubmit oleh seorang mahasiswa disebuah jurnal, maka si mahasiswa adalah korespondensi author, karena dialah yang akan merespon perbaikan-perbaikan yang diminta oleh Editor Jurnal.
Dalam beberapa kasus, level antara penulis pertama dan penulis korespondensi ini hampir/bahkan sama, misalnya dalam mendapatkan insentif dan kum untuk naik pangkat. Maka sudah selayaknyalah ini menjadi perhatian utama bagi para author yang akan submit naskah ke sebuah jurnal. Penulis yang mensubmit artikel ke Jurnal otomatis menjadi penulis korespondensi di naskah tersebut.