Mohon tunggu...
Desi Sachiko
Desi Sachiko Mohon Tunggu... lainnya -

Mampir aja ke: http://www.desisachiko.com/ - atau Facebook: https://www.facebook.com/sachiko.desi

Selanjutnya

Tutup

Edukasi Pilihan

Perlukah Memasukkan Anak ke TK atau Preschool?

24 April 2014   21:54 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:14 2707
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika Anda menjadi orang tua, tentu Anda ingin anak-anak Anda tumbuh menjadi manusia yang pandai agar mampu survive dalam menjalani hidup. Pendidikan bagaikan kunci utama penentu nasib manusia di bumi ini. Tanpa pendidikan rasanya mustahil untuk bisa hidup di lingkungan yang beradab, kecuali Anda hidup di hutan seperti Tarzan. Eh, jangan salah, Tarzan pun belajar dari gorila dan hukum rimba hingga bisa hidup dan “menguasai” hutan. Menurut para ahli, calon bayi yang masih dalam kandungan sudah bisa diberi pendidikan. Misalnya dengan mengajak bicara atau diperdengarkan musik di sekitar perut. Cara lainnya Anda bisa googling sendiri ya! Berbicara mengenai pentingnya pendidikan usia dini, tentu berkaitan dengan sekolah Taman Kanak-kanak (TK) dan Preschool yang makin banyak bermunculan. TK pada umumnya untuk anak-anak usia 4-6 tahun, sedangkan Preschool untuk anak-anak berusia di bawah 4 tahun. Anda juga tidak perlu kaget ada sekolah untuk bayi berusia 6 bulan. Sekolah-sekolah TK dan Preschool bersaing mendapatkan simpati para orang tua dengan berbagai promosi dan campaign. Para orang tua pun dibuat yakin dan mereka merasa pendidikan dari sekolah sudah cukup untuk membina anak-anak mereka. Apalagi bagi orang tua yang sibuk bekerja, dengan memasukkan anak ke TK/Preschool memberikan rasa aman saat mereka meninggalkan anak-anak untuk bekerja. Sayangnya sekolah yang diandalkan orang tua tidak semuanya berkualitas. Kadang biaya TK dan Preschool di Indonesia tidak masuk akal, bisa lebih mahal dari biaya kuliah di universitas. Kasus kejahatan seksual di TK JIS baru-baru ini membuka mata kita bahwa sekolah mahal belum tentu menjamin kualitas pendidikan dan keamanan bagi murid-muridnya. Dulu saya tidak disekolahkan di TK oleh orang tua saya, entah apa alasan orang tua saya. Mungkin mereka tidak cukup uang atau mungkin sekolah TK masih sedikit, tidak seperti sekarang ini. Meskipun saya tidak sekolah TK namun ketika SD saya cukup berprestasi. Saya selalu masuk ranking tiga besar di sekolah (jumlah murid saat itu rata-rata 40 anak/kelas). Atas prestasi saya, tempat bapak saya bekerja akhirnya memberikan beasiswa, saya dibayari uang sekolah selama satu tahun penuh. Kalau sekarang SD negeri sudah gratis ya? Bagus itu! Walaupun tidak pernah merasakan kegiatan sekolah TK, bukan berarti saya tidak belajar di rumah. Orang tua saya banyak membelikan saya alat-alat tulis, alat gambar/lukis, buku gambar, kertas warna-warni, berbagai bacaan, dan koleksi lagu anak-anak. Ibu saya lah yang paling berperan dalam mengajarkan saya berbagai hal sebelum saya masuk SD. Saya sangat beruntung, ketika saya kecil saya mempunyai banyak teman. Masih ada kebun-kebun dan lapangan di sekitar rumah. Setiap hari saya bermain-main dengan teman-teman sebaya. Ini merupakan interaksi sosial yang alami, agak susah didapat sekarang. Bisa saya katakan, tanpa sekolah di TK pun saya mendapatkan “pendidikan” yang sama seperti di TK. Prinsip pelajaran di TK adalah belajar dan bersosialisasi, yang dikembangkan bersama aktivitas menari, mendengarkan musik, menyanyi, dan bermain. Berhitung dan membaca juga diajarkan namun persentasenya sedikit, karena akan diajarkan nanti di SD. [caption id="attachment_304434" align="aligncenter" width="500" caption="Pic by salon.com"][/caption] Menurut beberapa artikel yang pernah saya baca, TK dan Preschool sebenarnya tidak penting. Anak di bawah umur 5 tahun tidak perlu pendidikan dengan gaya kelas terstruktur. Beberapa studi menunjukan bahwa skills dan empati lebih berkembang pada anak-anak yang tinggal di rumah bersama ibunya. Hasil dari penelitian National Institute of Child Health and Human Development (NICHHD) tahun 2003, ditemukan bahwa anak-anak yang sering menghabiskan waktu jauh dari ibunya pada 4.5 tahun pertama kehidupannya akan memiliki masalah perilaku, seperti membantah, cepat marah, dan menolak bekerja sama. Kesimpulannya adalah peran orang tua sangat penting dalam pembentukan karakter dan kepandaian anak. Selama orang tua dapat berinteraksi dan mengajarkan anak dengan baik, juga memberikan mereka cukup waktu untuk bermain dengan teman-teman seusianya, hal itu justru lebih baik daripada sekolah TK atau Preschool. Saya tidak bisa menyarankan semua wanita berhenti bekerja saat sudah memiliki anak, nanti saya bisa diprotes banyak orang dong! 

:D
:D
Tentu saja semua orang tua tidak memiliki pengetahuan dan kemampuan mengajar yang baik. Anda yang lebih tahu keadaan Anda dan anak-anak Anda, pilihan untuk memasukkan anak ke TK/Preschool atau tidak, sepenuhnya adalah keputusan Anda sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun