Mohon tunggu...
desi ratnasari
desi ratnasari Mohon Tunggu... -

universitas mataram/desi ratnasari

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Ahok, Ada Apa Denganmu

29 Maret 2015   10:02 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:51 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama yang biasa disapa Ahok dengan gaya bicara yang tegas menjadi pembicaran banyak orang. Terkenal dengan sikap kontroversialnya yang membuat banyak orang menganggap pemimpin seperti ahoklah yang dinanti-nanti, sikap tegas, keras hingga kasar menjadi andalan ahok dalam menyelesaikan masalahnya.

Di salah satu stasiun televisi Indonesia, TvOne, pada acara Apa Kabar Indonesia merangkum beberapa aksi amarah Ahok.

Pada tanggal 24 Oktober 2012 Ahok berdialok dengan para buru saat pertemuan para buru dibalai kota Jakarta, Ahok mengatakan bahwa anak buahnya kampungan lantaran mencatat pertemuan tersebut dengan tulisan tangan. 8 November 2012 pada rapat dengan dinas pekerjaan umum DKI rancangan anggaran 2013 yang diajukan oleh dinas PU dianggap tidak masuk akal tanpa ragu anggaran tersebut diminta dipangkas 25%, dan mengancam akan memberhentikan anak buahnya yang membangkang. 14 November 2013 aksi koboi amarah ahok terus mencuat, dan sasarannya adalah Sekolah Negeri unggulan MH Tamrin, Ahok meradang lantaran sekolah milik DKI itu di tuding tidak ada siswa miskin. 8 desember 2012 Ahok beradu mulut dengan mahasiswa unversitas Bung Karno dibalai kota Jakarta, 4 mahasiswa yang menanyakan menjamurnya minimarket ditengah keinginan pemprov DKI memberdayakan pasar tradisional berujung luapan amarah Ahok, Ahokpun langsung menyemprot keempat mahasiswa tersebut yang dianggapnya terlalu cepat menagih janji. 24 juli 2014 giliran balai uji gir yang disemprot Ahok, praktik pemungutan liar kerap terjadi di balai uji gir tersebut, yang bertempat di jln kedaung Jakarta barat membuat Ahok meradang, setelah puas marah-marah Ahok pun memutuskan menutup sementara balai uji gir tersebut. Kemudian baru-baru ini Ahok menuai Kontroversi baru pada Wawancaranya bersama Aiman Widjaksono di kompas TV yang ditayangkan secara LIVE pada hari selasa tanggal 17 Maret 2015, Ahok meluapkan amarah dan kekesalannya lantaran ada pihak yang ingin memfitnahnya, Ahok pun tidak merasa ragu dengan mengatakan kata-kata kasar yang seharusnya tidak diucapakan.

Dukungan terhadap cara kepemimpinan Gubernur DKI Jakarta ini memang sangat disayangkan, sebab bisa saja para pemimpin lain ingin meniru gaya Ahok dalam menyelesaikan suatu masalah, Ahok mengatakan kata-kata yang tidak pantas diucapkan bisa saja menjadi tiruan untuk orang lain. Masayrakat menginginkan pemimpin yang tegas dan berani mengambil resiko namun bukan berarti harus kasar. Sudah menjadi ciri khas seorang Ahok dalam setiap pertemuan selalu mengutakamakan sikap yang tegas dan keras, cara bicara dan ekspresi wajah yang tak kenal rasa takut membuat banyak orang mengambil kesimpulan bahwa pemimpin seperti Ahoklah yang diharapkan padahal semestinya, pemimpin bisa membawa banyak perubahan, bukan hanya perubahan kinerja tetapi juga etika dan sopan santun seorang pemimpin yang baik.

Tidak dapat dipungkiri bahwa cara Ahok memimpin memang untuk kebaikan semua orang, tidak jarang orang berpendapat bahwa pemimpin yang sok baik dan memiliki sopan santun serta lembut terhadap rakyatnya terkadang dianggap lemah dan tidak tegas. Dengan gaya Ahok sekarang itulah yang dianggap pemimpin yang tegas dan mau membenahi kekurangan masyarakatnya. Namun apakah benar, pemimpin tidak harus memiliki etika dan sopan santun yang baiklah yang layak menjadi pemimpin hanya karena sikap yang tegas dan kasar? Dan bagaimana dengan pemimpin yang bermoral tinggi namun tidak tegas?.

Tentunya kita mengharapkan pemimpin yang tegas dan memiliki etika serta sopan santun yang baik, sebab kedua peranan itulah yang sangat penting dimiliki oleh jiwa seorang pemimpin. Tidak hanya sekedar tahu keinginan rakyatnya tapi juga paham, mengerti dan bisa mengatasi masalah yang dihadapi oleh rakyatnya. Kita contohkan saja mantan Presiden RI Bapak SBY, yang dikenal lembut dan santun namun banyak orang mengatakan SBY terlalu lembut sehingga terlihat kurang tegas, kemudian sekarang pemimpin yang menjadi perbincangan banyak orang yaitu Gubernur DKI Jakarta dengan gaya menyelesaikan masalah yang tegas namun kasar,yang kurang memperdulikan etika dan sopan santun sebagai seorang pemimpin dianggap inilah pemimpin yang diharapkan dan dinanti-nanti, tetapi apakah semua orang menganggap sikap Ahok benar? Banyak pula yang mengatakan bahwa ketegasan Ahok berujung pada sikap yang terlalu berlebihan sehingga terlihat kasar dan kurang menghargai orang lain.

Manusia memang tidak ada yang sempurna, namun norma-norma dalam masyarakat tentunya semua orang sudah tahu apalagi seorang pemimpin yang sangat pintar pastinya mengetahui apa yang seharusnya pemimpin katakan dan apa yang seharusnya tidak dikatakan dalam setiap kalimatnya. Kita selalu diajarkan tentang etika, moral serta mengatur bahasa terhadap orang lain, kita diajarkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila yang menjadi ideologi bangsa Indonesia. Norma Agama, norma kesusilaan, norma kesopanan, norma hokum dan lain-lain selalu diajarkan, namun apakah hanya masyarakat saja yang harus mengetahui semua norma tersebut? Apakah pemimpin tidak harus menaatinya juga? Bukankah kita mengikuti kemana arah pemimpin kita.

Jika pemimpin berani mengeluarkan kata-kata kenapa rakyatnya tidak bisa? Bukankah pemimpin adalah cermin bagi rakyatnya. Kita harus mengetahui bahwa pemimpin tidak hanya setengah-setengah dalam memimpin, tidak hanya tegas tetapi harus melihat norma-norma yang ada, dan tidak hanya mengetahui norma-norma tetapi tidak tegas dalam menjalankannya. Pemimpin haruslah memiliki kedua-duanya agar orang-orang yang dipimpin meniru semua hal-hal baik yang ajarkan oleh seorang pemimpin. Tidak ada manusia yang sempurna namun dengan adanya aturan yang kita pegang maka ketidaksempurnaan itu dapat sedikit tertutupi.

Para pemimpin di Indonesia mungkin masih banyak kekurangan namun orang-orang yang dipimpin juga masih jauh dari apa yang diharapkan oleh pemimpinnya, maka dari itu pemimpin yang baik haruslah menyempurnakan dirinya apakah layak atau tidak menyempurnakan keadaan rakyatnya, jangan hanya sekedar tahu tetapi mau melaksanakan apa yang diketahuinya agar tidak menjadi angan-angan bagi para masyarakat.

Demikian yang dapat saya sampaikan semoga bermanfaat bagi para pembaca, saya berharap ada saran dan kritikan bagi para pembawa agar kedepannya lebih baik lagi, Terima kasih.

Tonton juga Videonya

https://www.youtube.com/results?search_query=kumpulan+ahok+marah

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun