Mohon tunggu...
Desi Purwati
Desi Purwati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Gadjah Mada

Saya mahasiswa Universitas Gadjah Mada yang memiliki ketertarikan pada isu sosial dan politik di Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Mahasiswa Pendamping Perhutanan Sosial Melakukan Observasi Potensi Air Terjun di Negeri Hative Besar, Teluk Ambon, Ambon.

14 Oktober 2024   18:36 Diperbarui: 15 Oktober 2024   13:38 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2024

[Hative Besar, 05 Oktober 2024] 

Mahasiswa Program Magang Studi Independen Bersertifikat (MSIB) melakukan kegiatan observasi potensi wisata air terjun di Negeri Hative Besar, Teluk Ambon, Kota Ambon, Maluku. Program magang ini diselenggarakan oleh Direktorat Kemitraan Lingkungan, Direktorat Jendral Perhutanan Sosial Kemitraan Lingkungan, Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dengan nama program Jelajah Hutan Masa Depan (JaLan MaPan). Sepuluh Mahasiswa dari berbagai Universitas ditempatkan pada wilayah Maluku untuk mengembangkan Kelompok Tani Hutan (KTH) di daerah tersebut. Salah satu kegiatan tim  bertujuan untuk analisis potensi lokasi ekowisata di daerah Negeri Hative Besar.  

Observasi mengenai potensi air terjun di daerah hutan Hative Besar melibatkan pendamping Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH), Bapak Rudi, Ketua Kelompok Tani Hutan (KTH) Aminata Sejahtera, Bapak Aristede Dirk Uspessy atau yang biasa disapa Bapak Deki, dan 10 Mahasiswa magang Pendamping Perhutanan Sosial (PS). Pada saat melakukan perjalanan Mahasiswa berusaha menganalisis bahwa air terjun di daerah tersebut sangat berpotensi untuk dijadikan lokasi wisata karena pada setiap langkah menyuguhkan keindahan alam yang luar biasa dan suasana asri. Hal ini didukung dengan air sungai yang jernih dan belum tercemar oleh sampah serta pepohonan yang rimbun membuat udara semakin sejuk., sangat disayangkan masyarakat Indonesia hingga mancanegara belum banyak yang mengenal objek wisata tersebut. 

Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2024
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2024

Disisi lain air terjun Latta belum terkenal dikarenakan masih banyak tantangan yang perlu diperhatikan untuk menjadikan kawasan hutan menjadi jasa lingkungan. Salah satu faktornya yaitu akses jalan menuju ke lokasi air terjun, pembangunan jalan yang minim menjadikan sulitnya para pengunjung untuk datang ke lokasi wisata. Selanjutnya, belum adanya titik peristirahatan seperti gazebo di sepanjang perjalanan. Hal ini melihat jarak jalan yang ditempuh yaitu kurang lebih 4 kilometer, angka ini tergolong cukup jauh untuk pengunjung baru sehingga sangat dibutuhkan titik-titik pembuatan gazebo. 

Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2024
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2024

Berawal dari keprihatinan diatas, mahasiswa magang melakukan inisiasi untuk mendalami pengembangan wisata jasa lingkungan dengan fokus objek air terjun Latta di Negeri Hative Besar. Mulai dari solusi sederhana yaitu membantu mempromosikan melalui sosial media  sehingga banyak masyarakat yang lebih mengenal bahkan turis mancanegara. Promosi tidak hanya bertujuan untuk menarik pengunjung datang ke objek wisata akan tetapi mendorong adanya kerjasama dengan stakeholder lainya. Dengan adanya kerja sama antara berbagai pihak mampu meningkatkan serta mengoptimalkan sumber daya alam di sekitar hutan Maluku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun