Mohon tunggu...
Desy Hani
Desy Hani Mohon Tunggu... Lainnya - Happy reading

Hi, you can call me Desy - The Headliners 2021 - Best in Opinion Kompasiana Awards 2023 - Books Enthusiast - Allahumma Baarik Alaih

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Trik Jitu Belanja Daring Lewat "Media Sosial" agar Tetap Aman, Ini Caranya!

14 Oktober 2023   20:53 Diperbarui: 15 Oktober 2023   03:43 575
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi online shopping di media sosial | sumber: shutterstock via kompas.com

Mendengar kata "media sosial" di era digitalisasi seperti sekarang ini, bukanlah hal yang tabu lagi bagi insan penghuni planet bumi, bagaikan teman yang begitu akrab. 

Dan konon katanya, kehadiran media sosial bagaikan sebuah kebutuhan untuk menemani kehidupan penduduk bumi. Benarkah demikian? 

Seiring dengan berjalannya waktu, begitu banyak media sosial yang muncul ke permukaan dan kehadirannya pun tetap eksis hingga sekarang, salah satunya Instagram. 

Media sosial yang satu ini telah mengibarkan sayapnya sejak tahun 2010 silam, sudah 13 tahun lamanya Instagram mewarnai peradaban dunia maya, yang berada di bawa naungan Meta Platforms. 

Para penghuni Instagram paling dominan menunjukkan kreativitas melalui unggahan sebuah foto/gambar, serta berbagai macam reels video. 

Kehadiran media sosial yang satu ini bagaikan sebuah album digital, untuk membagikan berbagai macam momen bahagia yang dimiliki oleh para penghuninya. 

Seperti halnya unggahan sebuah foto/video, yang menunjukkan bentang alam yang begitu indah dan menyejukkan, dari salah satu content creator yang sedang menikmati liburannya di salah satu kota. 

Namun ternyata, akses kemudahan dalam berbagi foto ataupun video ini, juga dimanfaatkan oleh beberapa penghuni dunia maya lainnya--untuk mempromosikan suatu produk. Instagram juga dimanfaatkan sebagai wadah terjadinya transaksi jual-beli secara daring. 

Sebagai salah satu penghuni dunia maya terkhusus pada Instagram, pernahkah kamu ketika sedang berkunjung pada fitur pencarian, dengan sengaja/tidak sengaja menemukan sebuah postingan yang mempromosikan suatu produk? Apabila iya, itu telah menunjukkan salah satu bukti dari kehadiran akun seller di Instagram. 

Apabila diperhatikan secara seksama, akun seller di media sosial Instagram dengan akun yang bukan seller, bisa dikatakan tidak ada perbedaan yang begitu signifikan, selain dari username, profil, serta postingan. Selebihnya? Tidak ada. 

Mendapati fenomena berbelanja secara daring seperti sekarang ini, tidak mengherankan lagi apabila media sosial juga ikut serta menjadi ajang promosi suatu produk yang diperjualbelikan secara online. 

Sebagai salah satu penghuni dunia maya, pernahkah kamu terpikat membeli suatu produk secara daring melalui media sosial? 

Daya tarik apa yang menggoda imanmu sehingga melakukan transaksi pembelian pada di dinding media sosial? Apakah melalui postingan atau bahkan melalui harga yang ditawarkan karena begitu bersahabat? 

Berbelanja secara daring melalui media sosial Instagram tentunya pernah saya lakukan dulu, ketika itu saya membeli salah satu produk fashion. Bisa dikatakan, seller-nya ramah dan amanah. Bagaimana dengan pengalamanmu? 

Namun ternyata, tidak semua akun seller yang ada di media sosial dapat dijamin kepercayaannya, karena begitu banyak isu yang bertebaran hingga naik ke permukaan terkait "akun bodong yang menipu". 

Pada umumnya, penipuan sering kali terjadi ketika konsumen telah melakukan transaksi pembayaran. Di mana kemungkinan terbesarnya adalah barang tidak kunjung sampai, hingga barang yang datang tidak sesuai dengan yang dipesan. 

Maka dari itu, penting bagimu untuk "memahami dan mengerti" terlebih dahulu sebelum "mempraktikan", agar kamu bisa lebih bijak lagi ketika akan berbelanja daring di media sosial. Sehingga apa yang kamu pesan, sesuai dengan ekspektasi yang telah kamu bayangkan sebelumnya, seperti:  

1. Toko yang sudah direkomendasikan 

Ilustrasi online shop yang sudah direkomendasikan | sumber: eraspace.com
Ilustrasi online shop yang sudah direkomendasikan | sumber: eraspace.com

Poin pertama ini bisa dikatakan poin yang paling aman, ketika kamu akan berbelanja daring melalui media sosial, karena online shop yang akan kamu kunjungi tersebut sudah terlebih dahulu direkomendasikan dan sudah bisa dijamin kepercayaannya. 

Dulu, saat saya membeli suatu produk di Instagram, teman saya sendiri yang merekomendasikannya dan mengirimkan akun seller-nya, karena pada saat itu, saya sangat tertarik dengan rok yang digunakannya, terlihat cantik dan elegan. 

Sudah bisa dipastikan, barang yang saya pesan di waktu itu sangat sesuai, antara di postingan dan barang asli ketika sampai. Di mana ekspektasi sesuai dengan realita. 

Namun, apabila kamu mengunjungi suatu akun seller di media sosial tanpa rekomendasi, ada baiknya, kamu lanjut baca poin kedua dan seterusnya, untuk memastikan bahwa transaksi yang akan kamu lakukan berada di level "aman".

2. Perhatikan akun/profil 

Ilustrasi perhatikan akun/profil | sumber: bizim.media
Ilustrasi perhatikan akun/profil | sumber: bizim.media

Penting bagimu memperhatikan profil dari akun seller di media sosial, untuk melihat tampilan informasi yang disajikannya. 

Akun seller yang terpercaya, pada umumnya, akan menginfokan sejak kapan online shop tersebut mengibarkan sayapnya. 

Dan tentu saja, produk yang dijual hanya berfokus pada satu penjualan, misalnya pakaian (fashion). Karena dominan demikian, ga campur-campur gitu lho, kan ini bukan gado-gado, eh. 

Selain itu, akun seller yang sudah bisa dijamin kepercayaannya/keamanannya juga sudah terverifikasi, alias centang biru.

Belum selesai, masih berfokus pada akun seller, kamu masih memiliki tugas lagi apabila akun belum terverifikasi, dengan mengecek "tentang akun" tersebut, apakah sering berganti-ganti nama atau tidak. 

Pada dinding profil suatu akun di Instagram, kamu bisa mengetuk tiga titik di pojok kanan atas. Setelah itu, akan muncul beberapa pilih dan kamu tinggal mengetuk menu "tentang akun ini". 

Maka akan muncul beberapa keterangan, seperti tanggal bergabung, lokasi, hingga nama pengguna sebelumnya. 

Dan perhatikan pada bagian nama pengguna, akan ada sebuah keterangan seperti, "ABCD telah mengubah nama penggunanya 50 kali", misalnya. 

Apabila nama pengguna sebelumnya sudah "sangat sering bergonta-ganti", maka kamu mesti "berhati-hati". Ada baiknya kamu "mundur alon-alon". 

Bisa jadi, akun tersebut sudah sering digunakannya untuk beberapa tujuan tertentu, bisa jadi untuk tujuan baik--atau mungkin bisa juga tidak baik, sebentuk modus penipuan, misalnya. 

Sederhananya, apabila akun seller tersebut memang bertujuan untuk mempromosikan suatu produk dan dimanfaatkan sebagai wadah terjadinya transaksi jual-beli, untuk apa seller mengganti nama akun secara dominan. 

Bukankah akan sangat sulit diingat oleh konsumen nantinya, apabila nama online shop tersebut sering berevolusi? Dan ini patut dicurigai. 

3. Perhatikan dengan teliti postingan 

Ilustrasi perhatikan dengan teliti postingan | sumber: kompas.com
Ilustrasi perhatikan dengan teliti postingan | sumber: kompas.com

Memperhatikan dengan cermat setiap postingan yang diunggah oleh seller pada akun media sosial, hal ini dilakukan untuk memperkuat keyakinanmu sebelum melakukan transaksi pembelian dan pembayaran. 

Coba kamu perhatikan dan pahami dengan seksama akun seller yang sudah terverifikasi biru, setiap foto ataupun video yang disajikannya memiliki resolusi gambar yang begitu detail, bahkan hingga diberi watermark sebagai tanda bahwa unggahan tersebut adalah milik akun seseorang. 

Karena pada umumnya, akun media sosial yang dimanfaatkan oleh seller untuk mempromosikan produknya pasti disajikan dengan versi terbaik, hal ini dilakukan sebagai trik untuk menarik minat para penghuni dunia maya agar "menengok" produk tersebut. 

Namun, apabila kamu menemukan postingan suatu akun yang menyajikan foto ataupun video suatu produk dengan resolusi yang sangat rendah, bahkan ketika di zoom-pun tampilan gambar tampak tidak jelas, kamu harus mulai berhati-hati. 

Bisa jadi itu merupakan promosi produk yang diambil dari akun orang lain dan ini sama saja dengan mencuri. 

Tidak menutup kemungkinan ini merupakan bentuk modus penipuan, di mana produk yang ditampilkan tersebut sebenarnya tidaklah ada.

4. Perhatikan followers

Ilustrasi perhatikan followers | sumber: suara.com
Ilustrasi perhatikan followers | sumber: suara.com

Penting bagimu mengecek followers pada media sosial suatu online shop untuk memberikan keyakinan tambahan padamu, bahwa akun seller tersebut dapat dipercaya, jangan mudah terkecoh dengan tampilan followers yang begitu fantastis. 

Lho kok gitu, bukankah semakin banyak followers sudah menandakan bahwa akun tersebut sudah banyak dikenal oleh para penghuninya? Nah ini, konsep yang harus dipertimbangkan (lagi). 

Perlu kamu ketahui, followers di media sosial itu "bisa dibeli", tampil dengan angka yang memukau, namun nyata bagaikan bayangan semu tanpa aktivitas. Inilah bentuk followers ilusi. 

Namun tak selamanya pula, akun dengan followers yang "biasa-biasa" saja merupakan akun seller yang menipu. Bisa jadi itu merupakan akun yang baru dibuat dan produknya pun baru diluncurkan.  

Maka dari itu, kamu harus bisa membedakannya serta memahaminya terlebih dahulu. Yuk, baca lagi ke poin selanjutnya. 

5. Buat perbandingan antara jumlah followers dan jumlah likers 

Ilustrasi perbandingan followers dan likers | sumber: medcom.id
Ilustrasi perbandingan followers dan likers | sumber: medcom.id

Poin kelima ini masih berkesinambungan dengan poin ketiga dan keempat, bisa dikatakan ini merupakan poin kuncinya. 

Ketika kamu mendapati jumlah followers yang begitu fantastis pada akun seller, namun postingan yang tampil tidaklah menyakinkan karena resolusi foto/video yang sangat rendah, maka dari itu, kamu harus membandingkannya dengan jumlah likers pada postingan. 

Pada umumnya, apabila seseorang mempunyai followers dengan jumlah yang tinggi, sudah bisa dipastikan jumlah likers-nya akan tinggi pula. Alias balance, ga jomplang banget gitu lho. 

Bahkan, kolom komentar-pun akan diisi dengan berbagai macam bentuk pernyataan ataupun pertanyaan dan ini menandakan adanya aktivitas yang nyata dari penghuni dunia maya. 

Namun, apabila sudah terlihat jauh dari kata seimbang, ada baiknya kamu harus lebih cermat lagi memperhatikannya, kalau perlu putar balik kemudi dan pindah haluan, keluar dari akun seller tersebut. 

Cara yang paling mudah untuk memahaminya, dengan memperhatikan akun media sosial seseorang yang bisa dikatakan berpengaruh dan telah terverifikasi. Coba kamu perhatikan, antara followers, likers dan komentar pasti terlihat seimbang. 

6. Perhatikan harga yang ditawarkan 

Ilustrasi perhatikan harga yang ditawarkan | sumber: grinvalds via kompas.com
Ilustrasi perhatikan harga yang ditawarkan | sumber: grinvalds via kompas.com

Mendapati harga yang sangat bersahabat ketika berbelanja daring merupakan hal yang begitu menyenangkan, semua konsumen pasti sangat menyukai ini. Bukankah begitu? 

Nah, inilah yang terkadang sering dimanfaatkan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab, dengan mempromosikan produk dengan harga yang sangat-sangat bersahabat, saking bersahabatnya hingga tidak masuk di logika.

Tujuannya agar konsumen tertarik untuk membeli dan berakhir pada pintu transaksi pembayaran. Namun kenyataanya, produk tersebut malah jauh dari kata ekspektasi.

Meskipun demikian, perlu digaris bawahi, tidak semua produk dengan harga yang bersahabat merupakan bagian dari modus penipuan. Itulah penting bagimu memahami terlebih dahulu. 

Kamu sendiri harus bisa mengevaluasi dengan sebaik mungkin, antara produk yang disajikan dengan harga yang ditawarkan. Apakah sudah masuk di akal atau malah sebaliknya. 

Misalnya, suatu cardigan oversize dari brand ABCD, di mana brand tersebut sudah sangat terkenal, ditawarkan dengan harga di bawah 50 ribu. 

Sementara di store, semua produk ditawarkan di atas 250 ribu. Nah, ini mesti kamu cermati, kalau sudah tidak logis, ada baiknya kamu tidak melakukan transaksi pembelian disana. 

Hanya ada dua kemungkinan, pertama itu merupakan produk tiruan dan kedua itu modus penipuan, di mana produk yang dipajang sebenarnya tidaklah ada. Warning. 

Mendapati penjelasan pada keenam poin-poin di atas, setidaknya, kamu sudah memiliki gambaran untuk lebih selektif lagi sebelum melakukan transaksi pembelian secara daring pada media sosial. 

Tidak ada yang salah dengan berbelanja secara daring dan tidak semua akun seller di media sosial merupakan akun seller yang menipu. Namun, antisipasi ini dilakukan agar produk yang kamu pesan sesuai dengan yang kamu terima. 

Selain itu, kini, akun seller di media sosial yang mempromosikan suatu produk juga dilengkapi dengan tautan (link) tertentu yang bisa langsung masuk ke suatu marketplace/website belanja daring lainnya. Untuk mempermudah para konsumen untuk membeli. 

Namun, pada posisi ini kamu harus lebih teliti lagi. Jangan asal klik link tertentu, terlebih lagi setelah kamu telusuri, akun seller tersebut cukup mencurigakan, bisa jadi itu bagian dari modus penipuan untuk menjebak objek sasarannya dan berujung pada kejahatan phising. 

Maka dari itu, penting bagimu untuk lebih selektif dan lebih bijak lagi ketika akan berbelanja secara daring. Karena lebih waspada itu terkadang lebih baik, daripada menciptakan ketidakpedulian. Seakan-akan kamu menutup mata dan telinga. 

So, jadilah smart buyer dan happy shopping, guys! 

Baca juga: Perbedaan Belanja Daring Lewat "Media Sosial dan Marketplace", Kamu Pilih yang Mana? 

Thanks for reading 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun