Baper, merupakan akronim dari kata "bawa perasaan", kata ini selalu mampu membuat para korbannya hanyut dalam perasaan yang bisa dikatakan "salah", benarkah persepsi demikian bisa terjadi?
Sebelum dunia berada di era digital seperti sekarang ini, urusan cinta sudah terlebih dahulu merajai dunia ini.Â
Sejak fase generasi tradisionalis hingga generasi alpha seperti sekarang ini, pola perubahan dari urusan percintaan terus berkembang.
Salah satu contoh yang nyata terletak pada cara berkomunikasi. Sebelum era digital merajai bumi, komunikasi yang dilakukan tentunya menggunakan surat apabila keduanya sedang dipisahkan oleh jarak.
Dan untuk sekarang, komunikasi bisa dikatakan cukup mudah terjadi. Berbagai macam cara bisa dilakukan untuk terus menghubungi satu sama lainnya, bila memang ingin dilakukan.Â
Komunikasi di era digital bisa dikatakan cukup praktis, dengan terhubung ke jaringan internet serta memiliki akun pada suatu aplikasi pesan, para penggunanya sudah bisa saling berkomunikasi, misalnya.
Namun ternyata, melakukan komunikasi di era digital seperti sekarang ini bisa menimbulkan berbagai macam persepsi apabila salah ditanggapi.Â
Salah satunya, melalui komunikasi sebuah pesan teks. Lho kok bisa? Tentu saja bisa.
Suatu pesan yang dikirimkan dalam bentuk rangkaian kata memang bisa menghasilkan kalimat yang ambigu serta multitafsir.Â
Terlebih lagi bila komunikasi dalam bentuk pesan teks tersebut sedang dilakukan oleh dua insan penghuni bumi, yakni laki-laki dan perempuan.Â