Mohon tunggu...
Desy Hani
Desy Hani Mohon Tunggu... Lainnya - Happy reading

Hi, you can call me Desy - The Headliners 2021 - Best in Opinion Kompasiana Awards 2023 - Books Enthusiast - Allahumma Baarik Alaih

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

4 Cara Mengatasi Overthinking yang Merasuki Dunia Pekerjaan

22 Maret 2021   15:04 Diperbarui: 24 Maret 2021   22:42 1420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Overthinking, suatu pikiran yang secara berlebihan menghiasi kepala. Apakah baik bila overthinking tertanam secara terus menerus tanpa henti?  

Di awal tahun 2021 ini, tepatnya di tanggal 2 januari lalu saya sempat menuliskan artikel yang berjudul "stop overthinking, demi semangat baru di tahun yang baru".

Kali ini, saya akan kembali membahas tentang overthinking, dan semuanya semakin diperkuat dengan topik pilihan dari Kompasiana. Maka dari itu, jari jemari langsung menari-nari merangkai kata demi kata di sebuah papan ketik digital.

Begitu banyak aspek utama maupun aspek pendukung yang membuat seseorang menjadi overthinking. Segala macam pikiran mampu berputar-putar menghiasi isi kepala para pelaku overthinking, yang kerap kali diartikan memikirkan sesuatu secara berlebihan, dan terus menerus.

Ilustrasi overthinking (sumber: liputan6.com)
Ilustrasi overthinking (sumber: liputan6.com)

Namun pembahasannya akan cukup berbeda bila dibandingkan dengan artikel overthinking di awal tahun 2021 lalu, yang lebih berfokus pada permisalan di kehidupan dunia perkuliahan menuju ke dunia pekerjaan (masa peralihan). 

Pada artikel kali ini, overthinking yang akan kita bahas lebih kepada pembahasan di lingkup dunia pekerjaan. 

Ketika memasuki dunia pekerjaan, kita sebagai pemerannya tentu akan memiliki berbagai macam tugas, dan kewajiban yang harus dilaksanakan, serta dilakukan dengan sebaik mungkin, tanpa terkecuali. 

Pada dasarnya, tidak hanya di dunia pekerjaan saja kita harus mampu melaksanakan tugas dengan sebaik mungkin.

Ketika masih berada dibangku sekolah, hingga dibangku perkuliahan, kita juga diharuskan menjadi "siswa ataupun mahasiswa" yang mampu melaksanakan kewajiban kita dengan sebaik mungkin pula.

Salah satunya, ditunjukkan melalui sebuah prestasi, begitu pula ketika sudah terjun, dan masuk di dunia pekerjaan. Tidak ada yang berbeda, hanya saja status kita yang akan berbeda. 

Dulunya berstatus sebagai siswa ataupun mahasiswa, sekarang sudah berstatus sebagai pegawai di salah satu perusahaan, misalnya.

Mengemban overthinking di dunia pekerjaan tidaklah mudah, overthinking yang hadir menghiasi pikiran para pelakunya mampu menimbulkan berbagai macam stigma negatif. 

Selain itu, overthinking juga bisa menjadi salah satu penyebab tidak produktif, dan tidak fokusnya seseorang ketika sedang bekerja. Maka dari itu, perilaku overthinking sebaiknya harus segera dihindari. 

Hal ini semakin diperkuat dengan informasi yang diperoleh dari indeed.com, menurut sebuah studi 2013 oleh Journal of Abnormal Psychology, terlalu banyak memikirkan masalah, kesalahan, atau kekurangan dapat meningkatkan risiko masalah kesehatan. 

Mengurangi overthinking dapat menurunkan stres, membantu tidur lebih nyenyak, dan secara positif mempengaruhi karir.

Ilustrasi overthinking (sumber: liputan6.com)
Ilustrasi overthinking (sumber: liputan6.com)

Berikut cara mengatasi perilaku overthinking ketika berada di dunia pekerjaan, seperti:

Pertama, awali dengan senyuman
Hari yang baik dimulai dengan senyuman, dan semangat yang tinggi tentunya. Agar apa yang kita lakukan di hari tersebut mampu berjalan dengan sebaik mungkin. 

Jangan biarkan overthinking merasuki pikiran di pagi hari, karena biasanya, apabila sedari awal kita sudah menciptakan kegelisahan karena overthinking, tidak menutup kemungkinan bila mana dalam satu hari penuh pikiran tersebut akan menghantui. 

Kita bisa memulainya dengan menyapa rekan kerja ketika sampai di kantor, sampaikan salam dan kesan manis kita di pagi hari tersebut, bahwa kita memang semangat untuk bekerja. 

Kedua, selalu berpikir positif
Di dalam dunia pekerjaan, tentunya kita akan dihadapkan oleh berbagai macam kewajiban yang memang telah kita emban, dan harus dilaksanakan dengan sebaik mungkin. 

Tidak jarang, terkadang ada saja yang merasa terbebani dengan pekerjaan yang dilakukannya, dan mulai menciptakan overthinking.

Karena selalu merasa pekerjaannya terlihat begitu banyak. Stop berpikir demikian, kita sendiri harus mampu berpikir ke arah positif, bukan sebaliknya. 

Melalui berpikir positif, kita akan menemukan berbagai macam poin yang mampu mensugesti diri kita sendiri, bahwa apa yang kita lakukan memang sangat berharga.

Misalnya, sebagai pekerja, tentunya kita harus memahami dari awal bahwa apa yang kita lakukan tidak serta merta hanya bekerja saja.

Akan ada manfaat di dalamnya, melalui bekerja, kita akan memperoleh banyak ilmu pengetahuan terkait dunia pekerjaan, bertemu dengan banyak relasi, hingga ikut serta menjalin komunikasi dengan vendor perusahaan. 

Ketiga, jangan memaksakan diri
Pada dasarnya, memaksakan kehendak untuk selalu tampil sempurna di mata orang lain memang tidaklah baik, karena semua itu bagaikan percuma, di mata kita sempurna, namun belum tentu sempurna bila di mata orang lain. 

Ingat, berusaha melakukan pekerjaan dengan "semaksimal mungkin", itu sangat berbeda dengan melakukan pekerjaan dengan "sesempurna mungkin". 

Sederhananya begini, maksimal itu masih ada patokan batasnya, misalnya, maksimal umur 27 tahun untuk pendaftaran pada bagian akuntansi di perusahaan z. 

Sedangkan sempurna, bisa dikatakan tidak ada cacat di dalam hal tersebut, alias tidak adanya kurang satupun. Mustahil? Tentu saja, di dunia ini tidak ada yang namanya sempurna. 

Setiap manusia tentunya memiliki batas kemampuannya masing-masing. Begitu pula di dunia pekerjaan. Sebagai seorang pekerja kita memang harus melakukan pekerjaan yang kita tekuni dengan semaksimal mungkin, dengan sebaik mungkin, dan itu sangat harus kita lakukan. 

Tidak jarang, semakin kita memaksakan diri untuk terlihat waw di hadapan orang lain, semakin overthinking lah diri, apabila kita sebelumnya telah mengklaim, dan membayangkan hasil yang sempurna. Namun tidak dengan faktanya, dan hal inilah yang mampu menciptakan overthinking. 

Maka dari itu, jangan terlalu memaksakan diri. Lakukanlah segala sesuatu dengan sebaik mungkin, dan dengan semaksimal mungkin yang bisa kita ciptakan.

Keempat, selalu bersyukur
Tiada lain dan tiada bukan, kalimat yang harus dipegang teguh dengan sebaik mungkin adalah dengan selalu bersyukur, dengan bersyukur nyatanya kita bisa terhindar dari overthinking. Emangnya bisa? Tentu saja bisa.

Fokusnya tetap menyangkut di dunia pekerjaan, misalnya, ketika menyaksikan rekan kerja yang mampu mencapai jenjang karir yang diinginkannya, sedangkan kita merasa "kok belum bisa seperti dia", karena telah mengklaim diri dengan berbagai macam kekurangan. 

Semakin terhanyut di dalamnya, maka overthinking akan semakin menjadi-jadi. Daripada kebanyakan berfikir demikian, ada baiknya, tanamkanlah di dalam diri untuk selalu bersyukur.

Niscaya kita akan selalu beruntung, karena selalu menjalani hidup tanpa adanya bayangan akan pertanyaan "kenapa dan kenapa dengan hidup". 

Dengan bersyukur, ketika menyaksikan kesuksesaan yang diraih oleh rekan kerja, nyatanya semua itu mampu menjadi motivisi bagi diri kita sendiri untuk melakukan hal yang sama, dan itu sangat baik bila dilakukan.

Demikianlah pembahasan saya pada hari ini. Saya mohon maaf apabila ada salah kata di dalam penulisan artikel ini.

Semoga informasi ini bisa bermanfaat

Thanks for reading

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun