Hadirnya spotlight effect, bagaikan hidup yang kita jalani menjadi sorotan mata tajam setiap orang yang kita jumpai
Setiap manusia di muka bumi ini, tentunya sangat senang bila mendapatkan sebuah perhatian, terlebih lagi bila perhatian tersebut disampaikan oleh orang terkasih. Tidak menutup kemungkinan, hati pun akan selalu bahagia.
Namun ternyata, ada salah satu perhatian yang mampu membuat hati tidak menjadi bahagia. Sebuah perhatian yang seakan-akan semua mata tertuju pada diri kita. Perilaku seperti ini dikenal dengan istilah Spotlight Effect.
Istilah "spotlight effect" diciptakan oleh Thomas Gilovich dan Kenneth Savitsky. Fenomena ini muncul pertama kalinya di dunia psikologi dalam jurnal Current Directions in Psychological Science pada tahun 1999 silam.
Dilansir dari verywellmind.com bahwa spotlight effect merupakan sebuah istilah yang digunakan oleh psikolog sosial untuk merujuk pada kecenderungan kita melebih-lebihkan seberapa banyak orang memperhatikan kita.Â
Dengan kata lain, kita cenderung berpikir bahwa setiap orang secara terus menerus memperhatikan tanpa henti, hingga menyoroti semua kesalahan ataupun kekurangan kita.
Hal inilah seakan-akan menuntut kita untuk selalu tampil dengan sempurna. Namun nyatanya, semua orang yang telah kita tuduh tersebut tidak terlalu memperhatikan diri kita. Semua itu hanya sekedar perasaan semata.
Mari kita ambil permisalan secara sederhana untuk melihat spotlight effect yang telah dirasakan oleh seseorang.
Habibie merupakan salah satu karyawan di suatu perusahaan. Bisa dikatakan, Habibie termasuk salah satu dari sekian juta manusia di muka bumi ini yang selalu ingin tampil dengan sempurna.
Di kantor tempatnya bekerja, Habibie bisa dikatakan karyawan dengan julukan good looking. Mulai dari ujung kepala hingga ujung kaki, penampilannya bisa membuat semua orang mengangkat jempolnya.