Mohon tunggu...
atika ulfia adlina
atika ulfia adlina Mohon Tunggu... -

aku sedang merenungkan sang kekasih. atau itu tidak cukup? jadi, aku harus menjadi sang kekasih.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kemana Arah Berpikir Kita? Belajar Sejarah

14 Februari 2012   16:49 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:39 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Catatan pertama, yang namanya sejarah adalah peristiwa yang terjadi di masa lampau. Kamu habis ngupil seper80 detik yang lalu, itu bisa jadi sejarah kamu.

Catatan kedua, sejarah itu tidak pernah lepas dari kehidupan. Sedang kehidupan itu seperti roda berputar. Kadang di atas, kadang di bawah, kadang ke kanan, kadang ke kiri, kadang seperti ini, kadang melebihi ini, kadang serupa itu dan lain lain. Kehidupan – sejarah – manusia ---- woooow! Itu suatu yang sangat menakjubkan. Manusia itu makhluk yang ekspresif. Penuh kejutan. Jadi setiap sepersekian detik bisa menimbulkan kejutan ratusan kali.

Catatan ketiga, oleh karena itu sejarah itu membuka kemungkinan untuk bisa berulang lagi dan terjadi lagi.

Catatan ke empat, karena hampir segala kehidupan manusia itu sejarah. Maka, yang perlu dipelajari adalah hal-hal yang positif saja. Lalu, apakah sejarah kehidupan politik islam masa lalu yang menurut beberapa orang, kelam itu tidak perlu dipelajari karena bukan positif??? Tentu bukan begitu to ….
Segala hal positif dan negative bisa menjadi positif dan negative tergantung bagaimana kita memandang. Sejauh mana kita bisa menggapai nilai-nilai yang sebenarnya bisa kita peroleh.

Catatan ke lima, bekal setelah kita berhasil mengungkap nilai-nilai sejarah masa lalu adalah kita bisa meng –apply pengetahuan kita di masa sekarang. Sejarah itu kemungkinan besar bisa terulang gan… “belajar” dari pengalaman, kurang lebih seperti itulah.

Sesuatu yang buruk tidak bisa kita tinggalkan begitu saja.

Sesuatu yang baik tidak bisa kita ikuti begitu saja.

apapun yang kita lakukan, fikirkan dan rasakan harus punya dalil filosofis yang kuat. tidak hanya sekedar taklid buta (tiru-tiru gak punya dasarnya).
Jadi sob, ,, belajar sejarah pemikiran politik islam masa lalu (lagi-lagi saya ambil contoh sejarah 'ini') tidak berhenti pada produk sejarah aslinya saja. Tetapi perlu kiranya dicermati mengenai: bagaimana kondisi intelektual/emosi/mental orang-orang islam waktu itu, mengapa demikian, dsb.

Memang perlu diakui, buku-buku sejarah pemikiran islam itu terkadang melulu soal politik saja. Sampai-sampai waktu itu (waktu kuliah 'sejarah pemikiran Islam'), pembahasan tentang khazanah keilmuwan dan keintelektuallan islam tidak Nampak. Hanya sistem politik dan politik saja. Menyadari sejarah masa lalu ini, satu sisi bisa kita maklumi satu sisi bisa kita cermati, apa yang salah? Apa yang kurang benar? bagaimana bisa terjadi? Mengapa? Apa yang perlu diperbaiki?

Saya khawatir gan.. sejarah buruk terulang lagi. :O
Optimislah… kalau sejarah islam “the golden age” (masa kejayaan Islam: era Islam jaya di hampir semua bidang, kajian ilmiah, peradaban, perekonomian dll) akan terulang lagi. (batinku memaksa).
(sementara batinku yang lain menjawab) tidaaaaaaaaaak! Untuk kondisi islam sekarang yang masih begini-begini saja. Ingat kekhwatiran saya yang pertama, sejarah buruk terulang lagi. Oh tidaaaakkkk………………………………..
kalau secara kasarnya sih gini urutan era jaman Islam: baik (zaman rasulullah) - buruk (masa khalifah2) - baik (masa khalifah2) - buruk (masa 'hahahaha'). tenaaaaang, saya gak bilang masa sekarang, kita masih ada harapan.
kalau getu, Ayoklah…. Apa yang perlu kita rombak dari diri kita sendiri gan………….
Saya menduga 2 hal, yakni:
- Mental
- Intelektual

Sepertinya, orang-orang islam pancen kudu pinter, tidak kolot, berpikiran luas, tidak stagnan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun