Mohon tunggu...
atika ulfia adlina
atika ulfia adlina Mohon Tunggu... -

aku sedang merenungkan sang kekasih. atau itu tidak cukup? jadi, aku harus menjadi sang kekasih.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Mari Membaca Diri, Mari Bercermin Diri

14 Februari 2012   15:12 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:39 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

aku hidup selalu penuh dengan keyakinan. buruk ataupun baik keyakinan itu. atau biarlah aku menyebutnya insting/naluri/feeling/perasaan/indra ke 6 (ah..yang terakhir aku pikir itu becanda sekali) hehehe.

aku hidup selalu ingin melakukan yang terbaik secara naluriah tentu ingin mendapat yang terbaik. dan aku yakin, Allah pasti menginginkan aku mendapat dan melakukan yang terbaik.

"jangan pernah bilang pencuri karena sudah takdirnya demikian, jangan pernah berasumsi segala amal perbuatan manusia itu takdir dan kehendak Allah"

berpikirlah bahwa Allah sebenarnya juga selalu senantiasa menginginkan manusia berlaku dan mendapat yang terbaik.

Allah menciptakan segala sesuatu beserta sunnahnya/sunnatullah. "kalau gak belajar jadi bodo (bodoh). bukan berarti takdirnya dia menjadi orang bodoh kan? kalau tidak rajin segala-galanya akan tertunda dan akan menjadi kegagalan kan? kegagalan itu bukan semata-mata takdir Allah."

jadi.. tidak ada lagi zamannya aku berpangku tangan. aku harus mencari kehidupan terbaikku sendiri. aku bebas berkehendak dan bebas memilih. aku bebas bertindak dan memutuskan sesuatu. aku bebas berperasaan dan bebas berdoa kepada Allah yang aku yakini kerahmatannya.

kaya-miskin, cerdas-tidak cerdas, rajin-malas, semangat-tidak semangat---- tinggal milih. semua terbentang jelas di depan mataku.

kini aku percaya, aku bebas membentuk takdirku sendiri, aku menjadi apa yang aku pikirkan.

jangan takut, apa itu resiko?

yang penting aku berada dalam jalan yang menjadi petunjuknya.

baik itu bukan semata-mata persepsi manusia. melainkan hati yang bicara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun